GridStar.ID - Kisah putri bungsu Jenderal AH Nasution, Ade Irma Suryani Nasution yang menjadi korban malam kelam 30 September 1965
atau Peristiwa berdarah G30S PKI.
Malam itu menjadi peristiwa kelam dalam sejarah bangsa Indonesia.
Sejarah mencatatkan, G30S atau Gerakan 30 September merupakan sebuah peristiwa yang terjadi pada malam tanggal 30 September
sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta.
Kudeta ini ditunggangi oleh PKI atau Partai Komunis Indonesia.
Setidaknya, ada tujuh Jenderal hingga prajurit ABRI yang kehilangan nyawa.
Satu nama yang ikut menjadi korban pada malam itu, yakni seorang gadis kecil bernama Ade Irma Suryani Nasution.
Ade Irma mendapat luka serius akibat peluru tembakan dari senjata pasukan Tjakrabirawa yang memberontak malam itu.
Kisah Ade Irma Suryani Nasution menjadi sebuah memori yang akan selalu dikenang bangsa Indonesia.
Terlepas dari Peristiwa kelam di akhir bulan kesembilan tahun itu, Ade Irma bertahan selama beberapa hari sebelum meninggal di rumah sakit.
Ucapan kata-kata Ade Irma sebelum menghembuskan nafas terakhir terdengar sangat menyayat hati.
Berikut 5 fakta Ade Irma yang berhasil dirangkum Tribun-medan.com dari Wikipedia, Kompas.com, Tribun Jogja, dan Grid.id.
1. Masih berusia 5 tahun
Ade Irma Suryani Nasution lahir pada 19 Februari 1960.
Ia adalah anak bungsu Jenderal Besar Dr. Abdul Harris Nasution.
Ade Irma baru berusia 5 tahun saat ia meninggal dunia karena tertembak pada malam Gerakan 30 September 1965.
2. Sempat bertahan 6 hari
Tiga Peluru Tembus Punggungnya, Kata-Kata Terakhir Ade Irma Suryani yang Tertembak saat Insiden G30S PKI: Papa, Apa Salah Adek?
Ade Irma tertembak di rumahnya di jalan Teuku Umar Nomor 40, Menteng, Jakarta.
Ia tertembak di bagian punggung dan sempat dirawat selama 6 hari.
Peluru bersarang di limpanya dan ia dibawa ke RSPAD.
Pada 6 Oktober 1965, ia meninggal dunia.
3. Namanya diabadikan menjadi nama jalan, taman dan monumen
Masih begitu muda saat terbunuh, nama Ade diabadikan menjadi nama jalan, salah satunya ada di Pekanbaru, Riau.
Sementara Monumen Ade Irma Suryani Nasution terletak di Kompleks Kantor Walikota Jakarta Selatan, bersama dengan makamnya.
Sementara Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution terletak di Bandung, Jawa Barat.
4. Kata-kata terakhir Ade Irma
Di Museum Jendral AH Nasution, terdapat lukisan Ade Irma.
Saat tertembak, ia bertanya kepada ayahnya,"Papa....apa salah adek?"
Setelah itu, diketahui bahwa ia sempat menjalani beberapa operasi dan mengatakan kepada kakaknya,"Kakak jangan menangis, adik sehat."
Ade juga sering bertanya kepada ibunya,"Kenapa ayah mau dibunuh, mama?"
5. Keganasan PKI
Ade Irma Suryani
Kisah Ade Irma Suryani, gadis mungil yang menjadi korban keganasan keganasan PKI, 51 tahun silam masih menyisakan duka hingga kini.
Ya, gadis tak bersalah itu tewas bersimbah darah dalam pelukan ibunya usai tertembus peluru yang diberondongkan anggota Cakrabirawa.
Menurut kesaksian putri Sulung A.H. Nasution, Hendrianti Sahara Nasution, sang adik tewas tertembak dari jarak dekat.
Cerita ini melansir dari video napak tilas yang disiarkan stasiun televisi TV One.
Dalam rekaman tersebut yang dilakukan di kediaman AH Nasution saat itu di Menteng, Jakarta Pusat, putri sulung A.H Nasution tersebut menceritakan bagaimana kejadian mencekam saat ayahnya didatangi oleh anggota Cakrabirawa.
Kisah itu berawal pada pukul 3.30 WIB dini hari, ketika Jenderal AH Nasution dan istrinya, Johana Sunarti Nasution, terbangun dari tidur.
"Pukul 3.30 pagi, ibu saya dan ayah terbangun gara-gara nyamuk. Terdengar pintu digerebek, ibu saya melihat Cakrawabirawa masuk," ujar Hendrianti kepada reporter TV One.
Menyadari ada pasukan Cakrabirawa, istri AH Nasution menutup kembali pintu tersebut lalu mengatakan kepada suaminya, "Itu yang membunuh kamu sudah datang."
"Pintu ditutup, ditembak oleh cakrawabirawa, lalu ditahan lagi oleh ibu saya. Lalu bapak (A.H Nasution) bangun dan bilang biar saya hadapi, tapi ibu bilang jangan," papar Hendrianti.
Saat kehadiran pasukan Cakrabirawa, Ade Irma saat itu tengah bersama ibu dan ayahnya, A.H Nasution).
Sang ibu hendak menyelamatkan suaminya, A.H Nasution, yang saat itu memang menjadi incaran.
"Ibu bilang ke adik bapak, tolong pegang Irma, karena dia harus menyelamatkan bapak. Sementara ibu beliau nangis lihat ayah ditembak," kata Hendrianti.
Adik A.H Nasution pun menggendong Ade Irma Suryani, namun karena panik dan ia membuka pintu yang diberondong oleh pasukan Cakrabirawa.
"Langsung, (pasukan Cakrabirawa) menembak adik saya. Jaraknya segini (sambil menunjuk tempat ditembaknya Ade Irma dalam jarak dekat)," tutur Hendrianti.
Dalam video tersebut terlihat jelas bekas tembakan di pintu, yang ditandai dengan lingkaran kuning.
"Adik saya ditembak, peluru masuk ke tangan tante saya, dan menembus ke badan adik saya," ujar Hendrianti.
Setelah Ade Irma Suryani tertembak, pintu ditutup kembali oleh Johanna Nasution.
Istri AH Nasution pun menggendong tubuh Ade Irma Suryani yang bersimbah darah, sambil mengantar A.H Nasution untuk menyelamatkan diri.
Bahkan Hendrianti menjelaskan bahwa darah di versi aslinya lebih banyak daripada dalam versi diorama tersebut.
Melansir dari INTISARI, ternyata ada sekitar tiga peluru menembus punggung si kecil Ade Irma.
Setelah pasukan Cakrabirawa meninggalkan kediaman A.H Nasution, Johanna dan keluarga langsung membawa Ade yang sudah bersimbah darah ke RSPAD untuk mendapat pertolongan.
Setelah menjalani operasi, lima hari kemudian ia dipanggil sang maha kuasa.
Sekarang kediaman A.H Nasution telah dijadikan Museum Jenderal Bear AH Nasution yang berisi diorama peristiwa pada malam mencekam itu.(*)
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Putri Jenderal AH Nasution Ditembak di Malam G30S PKI, Ade Irma: Papa Apa Salah Adek?