GridStar.ID - Pilpres Amerika Serikat saat ini tengah memanas antara Joe Biden dan Donald Trump.Joe Biden disebut-sebut lebih unggul ketimbang Donald Trump.Indonesia akan diuntukngkan jika Joe Biden nantinya menjadi Presiden Amerika Serikat.
Baca Juga: Dikabarkan Kembali Bertugas Usai Dinyatakan Positif Covid-19, Bahan Racikan Obat yang Diminum Donald Trump Diduga Terbuat dari Janin AborsiLebih-lebih keuntugan itu rupanya ada dalam bidang ekonomi untuk Indonesia.Pasalnya baik Donald Trump maupun Joe Biden keduanya ternyata memiliki padangan yang berbeda 180 derajat soal ekonomi, perdagangan internasional, dan politik luar negerinya.Melansir BBC Indonesia pada Senin (02/11), salah satu topik utama yang menjadi sorotan banyak pemilih dan negara lain dalam pilpres AS adalah perang dagang dengan China.Baca Juga: Buat Perekonomian Global Gonjang-ganjing, Usai Donald Trump Positif Covid-19 Saham Turun hingga Harga Emas Naik
Lebih-lebih keuntugan itu rupanya ada dalam bidang ekonomi untuk Indonesia.Pasalnya baik Donald Trump maupun Joe Biden keduanya ternyata memiliki padangan yang berbeda 180 derajat soal ekonomi, perdagangan internasional, dan politik luar negerinya.Melansir BBC Indonesia pada Senin (02/11), salah satu topik utama yang menjadi sorotan banyak pemilih dan negara lain dalam pilpres AS adalah perang dagang dengan China.
Baca Juga: Donald Trump dapat Hujan Kritikan Warganet, Reporter Gedung Putih Ungkap Dokumen yang Ditandatangi sang Presiden Saat Foto Kerja di Rumah SakitPerang dagang ini secara tidak langsung menekan kinerja ekspor dan impor dunia, serta memberikan dampak negatif terhadap perekonomian global, termasuk ekonomi Indonesia.Sejumlah ekonom di Indonesia meyakini, ekonomi Indonesia dan dunia akan sulit membaik jika Presiden Donald Trump kembali terpilih.Kondisi akan berbalik, jika justru penantangnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, yang terpilih menjadi presiden.Baca Juga: Obat Covid-19 yang Diberikan pada Donald Trump Bakal Didistribusikan di Indonesia, Kenali Obatnya Bernama Remdesivir!
Pengamat hubungan Internasional dari Universitas Indonesia, Makmur Keliat, mengatakan meski tidak ada dampak langsung dari pemilu AS terhadap Indonesia.Dia memandang Indonesia akan diuntungkan jika tak ada lagi perang dagang antara AS dan China, seperti yang terjadi selama 4 tahun terakhir di bawah pemerintahan Trump."Kita harus mencatat dengan jelas bahwa kita tidak terlalu penting bagi Amerika secara perdagangan, tetapi kita menganggap Amerika Serikat penting bagi kita secara perdagangan dan investasi," ujar Makmur kepada BBC News Indonesia, Senin (26/10).
Baca Juga: Pejabat Gedung Putih Amerika Serikat Ungkap Kondisi Donald Trump yang Sebenarnya Usai Dinyatakan Positif Covid-19: Dia Merasa Itu adalah Ujian yang Sebenarnya!"Bagi Indonesia hubungan akan menjadi lebih baik, jika Amerika dan China dalam hubungan yang lebih bersifat kerjasama daripada konflik," lanjutnya kemudian.Berdasarkan sejumlah jajak pendapat, posisi Biden di atas angin untuk memenangi pemilu di AS.Jika Biden terpilih, diproyeksikan akan menormalisasi hubungannya dengan China.Baca Juga: Donald Trump Mendapatkan Surat Beracun yang Dikirim Ke Gedung Putih, Ini Bahaya dari Risin yang Disebut sebagai Racun Alami
Namun hasil akhir pemilu bisa jadi lain, seperti yang terjadi pada pilpres AS 2016.Ekonom dari Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Malik Zaini, mengatakan jika Trump kembali terpilih, dia kemungkinan akan kembali memangkas pajak seperti yang sudah dia lakukan pada periode sebelumnya.Pada saat yang sama, stimulus fiskal yang direncanakan Trump dalam periode 2021-2024 hanya akan terbatas sekitar 334 miliar dollar AS (Rp 4,9 kuadriliun).
Baca Juga: Donald Trump Mendapatkan Surat Beracun yang Dikirim Ke Gedung Putih, Ini Bahaya dari Risin yang Disebut sebagai Racun AlamiSebagai konsekuensi berlanjutnya pemotongan pajak yang membuat penerimaan negara lebih rendah.Sedangkan pesaingnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, dalam manifesto kebijakan ekonominya menegaskan akan melakukan kebijakan yang berbeda 180 derajat dengan Trump.Seperti menaikkan berbagai macam pajak, termasuk pajak korporasi yang diperkirakan akan naik 15 persen seperti sebelum era Trump dan pajak pendapatan.Baca Juga: Donald Trump dan sang Ibu Negara Dikabarkan Positif Covid-19, Inilah Sosok yang Diduga Tularkan Virus Corona pada Orang Nomor Satu di Amerika Serikat
Dari sisi belanja negara, Biden yang pernah menjabat sebagai wakil presiden pada era Presiden Barack Obama berjanji memberikan stimulus fiskal yang jauh lebih besar dibanding Trump, yakni sekitar 2,5 triliun dollar AS (Rp 36,5 kuadriliun) selama periode 2021-"Karena ekonomi Amerika merupakan 30 persen dari ekonomi dunia.Maka, ketika AS melakukan stimulus besar pasti dampaknya akan cukup besar bagi negara emerging market, maupun di seluruh dunia," jelas Ahmad Malik.
Baca Juga: Donald Trump Positif Covid-19 Usai Hadiri Acara Pelantikan Hakim Agung, Hotman Paris Singgung: Pemimpin Indonesia Harus Ambil Hikmahnya, Apakah Pilkada Lanjut?Konsekuensi jika Trump menjadi presiden lagi, ujar Ahmad, kemungkinan pemulihan ekonomi akan jauh lebih lamban.Namun, jika Biden yang terpilih, pemulihan ekonomi dunia akan semakin cepat.Laporan terbaru lembaga riset Moody's Analytics memproyeksikan ekonomi AS akan tumbuh lebih tinggi jika Biden sebagai presiden AS, yakni naik 4,2 persen pada periode 2020-2014.Baca Juga: Dokter Gedung Putih Beberkan Kabar Terkini Donald Trump Pasca Terinfeksi Covid-19, Diberikan Terapi Obat Corona
Sementara, jika Trump kembali terpilih, ekonomi AS diproyeksikan hanya akan tumbuh sebesar 3 persen pada periode yang sama.Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi global sejak 2019 telah mengalami penurunan akibat perang dagang Amerika Serikat dengan China.Perlambatan ekonomi pada 2020 pun diperburuk oleh menyebarnya virus corona yang saat ini telah menjangkiti 213 negara.
Baca Juga: Sebut Saudaranya yang Wafat sebagai Sahabat Terbaik, Donald Trump Malah Sibuk Kampanye dan Terancam Lewatkan Pemakaman Sang AdikBahkan, Indonesia sebagai negara berkembang harus merasakan kontraksi minus 5,23 persen pada kuartal III-2020.Adapun Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen.Apa dampaknya bagi ekonomi dan perdagangan Indonesia? Baca Juga: Donald Trump Positif Covid-19 Usai Hadiri Acara Pelantikan Hakim Agung, Hotman Paris Singgung: Pemimpin Indonesia Harus Ambil Hikmahnya, Apakah Pilkada Lanjut?
Dari sisi perdagangan internasional, menurut Ahmad Malik, jika Trump kembali ke Gedung Putih dia akan melanjutkan perang dagang dengan China.Sementara Biden akan cenderung akan mengatasi sengketa perdagangan dengan China secara multilateral, melalui organisasi perdagangan dunia (WTO)."Kalau Biden yang terpilih, mungkin isu perang dagang antara AS dan China akan lebih sedikit mengalami penurunan tensinya."
Baca Juga: Dikabarkan Kembali Bertugas Usai Dinyatakan Positif Covid-19, Bahan Racikan Obat yang Diminum Donald Trump Diduga Terbuat dari Janin Aborsi"Jadi pertumbuhan ekonomi akan lebih kencang, harga komoditas dunia seperti nikel, minyak, CPO, juga logam seperti emas akan lebih tinggi ketimbang kalau Trump yang terpilih," kata Ahmad Malik.Senada, ekonom dari Insitute for Development of Economic and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira mengatakan perang dagang AS dan China telah menyebabkan "guncangan besar" baik secara langsung maupun tidak langsung pada Indonesia."Amerika Serikat juga melakukan pengetatan terhadap barang-barang impor dari negara-negara selain dari China.Baca Juga: Buat Perekonomian Global Gonjang-ganjing, Usai Donald Trump Positif Covid-19 Saham Turun hingga Harga Emas Naik
Artinya Indonesia ditargetkan sebagai negara yang mengalami penyesuaian hambatan dagang, baik tarif maupun non tarif," katanya.Pengenaan bea masuk ini membuat produk Indonesia menjadi tidak kompetitif.Sebab, harga produk yang diekspor tersebut akan lebih mahal sehingga dikhawatirkan akan kalah bersaing.
Baca Juga: Obat Covid-19 yang Diberikan pada Donald Trump Bakal Didistribusikan di Indonesia, Kenali Obatnya Bernama Remdesivir!"Kita berharap siapapun nanti yang terpilih kebijakannya tidak sama dengan kebijakan yang diambil Donald Trump pada periode pertama," jelas Bhima kemudian.Elektoral Akan tetapi, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta Kamdani, memandang "Indonesia bukan mitra dagang yang cukup signifikan bagi Amerika Serikat".Sebab bagi AS, Indonesia merupakan mitra dagang ke-50 di daftar mitra dagangnya.Baca Juga: Terawangannya Jadi Nyata, Peramal Buta Ini Sudah Tahu Tumbangnya Donald Trump karena Covid-19, Sebut Kekhawatirannya soal Tuli hingga Tumor Otak
"Jadi kemungkinan siapa pun yang jadi presiden AS memang tidak akan punya kebijakan dagang khusus terhadap Indonesia," kata dia.Namun bagi Indonesia, Amerika merupakan salah satu tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia selain China dan Uni Eropa.Lima produk ekspor andalan Indonesia ke Amerika Serikat adalah produk pakaian, hasil karet, alas kaki, produk elektronik, dan furnitur. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan Indonesia pada September mengalami surplus 2,44 miliar (Rp 35,5 triliun), melanjutkan tren surplus lima bulan berturut-turut sejak Mei lalu.
Baca Juga: Donald Trump Positif Covid-19 Usai Hadiri Acara Pelantikan Hakim Agung, Hotman Paris Singgung: Pemimpin Indonesia Harus Ambil Hikmahnya, Apakah Pilkada Lanjut?Negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina menyumbang surplus nonmigas terbesar selama September 2020 yang jumlahnya mencapai 2,13 miliar dollar AS (Rp 31 triliun).Dalam keterangan tertulis, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan perkembangan kinerja ekspor maupun impor Indonesia pada Juli-September 2020 yang cenderung menguat merupakan indikasi kuat bahwa perekonomian Indonesia akan segera kembali pulih dan titik kritis dampak negatif pandemi Covid-19 telah berlalu."Selain itu, sektor perdagangan luar negeri akan menjadi salah satu penopang membaiknya perekonomian Indonesia pada triwulan III 2020," kata dia.
Akan tetapi, jika Trump kembali terpilih, tensi perdagangan antara AS dan China diperkirakan akan terus memanas, kendati telah beberapa kali ada upaya untuk meredakan ketegangan perdagangan antara kedua negara.Bea masuk yang tinggi bagi produk impor dari China akan semakin memberatkan investor asing yang memiliki pabrik di China.Ini membuat mereka terpaksa melirik negara lain yang mampu menampung mereka menjadi investor.
Baca Juga: Adik Kandung Presiden AS, Robert Trump Meninggal Dunia, Donald Trump: Dia Akan Sangat Dirindukan, Kami Akan Berjumpa KembaliShinta Kamdani, yang juga Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menganggap hal ini sebagai peluang."Kami melihat ini sebagai peluang Indonesia untuk mengambil alih.Makanya kita selalu ngomong relokasi pabrik dari China, ini yang sekarang kita ambil tidak hanya dari Amerika Serikat, Jepang, Korea dan lain-lain," ujar Shinta.Baca Juga: Dikabarkan Kembali Bertugas Usai Dinyatakan Positif Covid-19, Bahan Racikan Obat yang Diminum Donald Trump Diduga Terbuat dari Janin Aborsi
"Ini yang menjadi peluang menurut kami, ASEAN sebagai manufactor hub dan Indonesia salah satunya sebagai negara ASEAN yang bisa menjadi bagian dari relokasi," jelasnya kemudian.Senada, Bhima Yudhistira dari INDEF mengatakan posisi Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN membuat Indonesia menjadi pasar dagang dan tujuan investasi yang potensial terlepas dari siapa pun presiden yang memimpin Amerika sERIKAT."Mereka pasti akan melihat Indonesia sebagai battleground dari kepentingan antara China dan negara-negara Barat," kata Bhima.
Baca Juga: Donald Trump Mendapatkan Surat Beracun yang Dikirim Ke Gedung Putih, Ini Bahaya dari Risin yang Disebut sebagai Racun AlamiJika Amerika Serikat melepas kepentingan di Indonesia begitu saja, maka pasar Indonesia akan didominasi China."Jadi untuk balancing itu, Joe biden akan lebih cerdas untuk mengambil sikap dengan menggandeng Indonesia.Saya melihat ada peluang perbaikan," lanjut Bhima.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan setidaknya ada 143 perusahaan yang siap merelokasi investasi pabriknya dari China.Perusahaan-perusahaan itu berasal dari Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong dan China dengan potensi penyerapan tenaga kerja lebih dari 300 ribu.Lima hari menjelang pilpres AS, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berkunjung ke Indonesia, setelah sebelumnya Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto mengunjungi AS beberapa pekan sebelumnya.
Baca Juga: Raffi Ahmad Pamer Fotonya Salaman dengan Pesaing Donald Trump Saat Nyapres, Warganet Malah Salah Fokus dengan Pria di Samping Suami Nagita Slavina: Rindu Sama yang Baju MerahDalam konferensi pers bersama dengan mitranya dari Indonesia, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kedua negara sepakat memperkuat kerja sama."Kami sepakat bahwa kedua negara dengan skala ekonomi seperti yag kami miliki, bisa melakukan lebih banyak perdagangan lagi.Akan ada lebih banyak investasi di sini dari Amerika Serikat, terutama dalam sektor digital, energi dan infrastruktur," jelas Pompeo pada Kamis (29/10).Baca Juga: Ada-Ada Saja Akalnya, Donald Trump Kembali Cetus Ide Gila, Berniat Tunda Pemilu Agar Bisa Jadi Presiden Amerika Serikat Lebih Lama dengan Cara Ini!
"Jadi kemungkinan siapa pun yang jadi presiden AS memang tidak akan punya kebijakan dagang khusus terhadap Indonesia," kata dia.Namun bagi Indonesia, Amerika merupakan salah satu tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia selain China dan Uni Eropa.Lima produk ekspor andalan Indonesia ke Amerika Serikat adalah produk pakaian, hasil karet, alas kaki, produk elektronik, dan furnitur. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan Indonesia pada September mengalami surplus 2,44 miliar (Rp 35,5 triliun), melanjutkan tren surplus lima bulan berturut-turut sejak Mei lalu.
Baca Juga: Donald Trump dan sang Ibu Negara Dikabarkan Positif Covid-19, Inilah Sosok yang Diduga Tularkan Virus Corona pada Orang Nomor Satu di Amerika SerikatNegara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina menyumbang surplus nonmigas terbesar selama September 2020 yang jumlahnya mencapai 2,13 miliar dollar AS (Rp 31 triliun).Dalam keterangan tertulis, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan perkembangan kinerja ekspor maupun impor Indonesia pada Juli-September 2020 yang cenderung menguat merupakan indikasi kuat bahwa perekonomian Indonesia akan segera kembali pulih dan titik kritis dampak negatif pandemi Covid-19 telah berlalu."Selain itu, sektor perdagangan luar negeri akan menjadi salah satu penopang membaiknya perekonomian Indonesia pada triwulan III 2020," kata dia.Baca Juga: Terawangannya Jadi Nyata, Peramal Buta Ini Sudah Tahu Tumbangnya Donald Trump karena Covid-19, Sebut Kekhawatirannya soal Tuli hingga Tumor Otak
Akan tetapi, jika Trump kembali terpilih, tensi perdagangan antara AS dan China diperkirakan akan terus memanas, kendati telah beberapa kali ada upaya untuk meredakan ketegangan perdagangan antara kedua negara.Bea masuk yang tinggi bagi produk impor dari China akan semakin memberatkan investor asing yang memiliki pabrik di China.Ini membuat mereka terpaksa melirik negara lain yang mampu menampung mereka menjadi investor.
Baca Juga: Raffi Ahmad Pamer Fotonya Salaman dengan Pesaing Donald Trump Saat Nyapres, Warganet Malah Salah Fokus dengan Pria di Samping Suami Nagita Slavina: Rindu Sama yang Baju MerahShinta Kamdani, yang juga Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menganggap hal ini sebagai peluang."Kami melihat ini sebagai peluang Indonesia untuk mengambil alih.Makanya kita selalu ngomong relokasi pabrik dari China, ini yang sekarang kita ambil tidak hanya dari Amerika Serikat, Jepang, Korea dan lain-lain," ujar Shinta.
"Ini yang menjadi peluang menurut kami, ASEAN sebagai manufactor hub dan Indonesia salah satunya sebagai negara ASEAN yang bisa menjadi bagian dari relokasi," jelasnya kemudian.Senada, Bhima Yudhistira dari INDEF mengatakan posisi Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN membuat Indonesia menjadi pasar dagang dan tujuan investasi yang potensial terlepas dari siapa pun presiden yang memimpin Amerika Serikat."Mereka pasti akan melihat Indonesia sebagai battleground dari kepentingan antara China dan negara-negara Barat," kata Bhima.
Baca Juga: Telan Harga Dirinya Mentah-Mentah, Donald Trump Akui Amerika Serikat Telah Kalah dari Pandemi Virus Corona, Berduka Presiden AS Kibarkan Bendera Setengah Tiang di Seluruh NegeriJika Amerika Serikat melepas kepentingan di Indonesia begitu saja, maka pasar Indonesia akan didominasi China."Jadi untuk balancing itu, Joe biden akan lebih cerdas untuk mengambil sikap dengan menggandeng Indonesia.Saya melihat ada peluang perbaikan," lanjut Bhima.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan setidaknya ada 143 perusahaan yang siap merelokasi investasi pabriknya dari China.Perusahaan-perusahaan itu berasal dari Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong dan China dengan potensi penyerapan tenaga kerja lebih dari 300 ribu.Lima hari menjelang pilpres AS, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berkunjung ke Indonesia, setelah sebelumnya Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto mengunjungi AS beberapa pekan sebelumnya.
Baca Juga: Kabar Baik untuk Indonesia, Donald Trump Akan Berikan Ventilator untuk Pasien Covid-19 Setelah Bicara Langsung dengan Jokowi, Presiden AS: Kerjasama yang Luar Biasa!Dalam konferensi pers bersama dengan mitranya dari Indonesia, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kedua negara sepakat memperkuat kerja sama."Kami sepakat bahwa kedua negara dengan skala ekonomi seperti yag kami miliki, bisa melakukan lebih banyak perdagangan lagi.Akan ada lebih banyak investasi di sini dari Amerika Serikat, terutama dalam sektor digital, energi dan infrastruktur," jelas Pompeo pada Kamis (29/10).(*)Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com yang berjudul Joe Biden Nyaris Menangi Pilpres AS, Ini Kabar Baik Indonesia Jika Lawan Trump Jadi Presiden Amerika