"Peserta mendapat pelayanan faskes penerima rujukan yang sesuai kompetensi dan sarana prasarana yang dibutuhkan," kata Arief.
"Misal, pasien butuh kemoterapi, FKTP akan mencari faskes mana yang punya fasilitas untuk kemo sehingga enggak perlu datangi satu persatu rumah sakit," lanjut dia.
Selain itu, sistem rujukan online juga memberi kepastian jam praktek dokter di rumah sakit rujukan.
Dengan demikian, pasien bisa mengetahui kapan harus datang.
Sistem rujukan online juga akan memangkas antrean karena FKTP akan memilihkan rumah sakit yang kapasitasnya tidak terllau penuh.
Dengan demikian, penumpukan pasien di rumah sakit tertentu tidak terjadi lagi.
Arief mengatakan, mau tak mau, pengaturan soal kapasitas ini perlu dilakukan agar pasien merasa nyaman mendapat pelayanan kesehatan.
Selain tak perlu lama mengantre, pasien juga tak diburu waktu untuk mendapat penanganan dokter.
"Kami memastikan kapasitas berlebih diharapkan tidak terjadi. Kalau antrean panjang pasti manusiawi petugas akan mempercepat layanan. Mutu layanan berkurang," kata Arief.
Di sisi lain, Arief menyadari pasien merasa kurang nyaman dengan sistem ini.
Misalnya, pasien ingin dirujuk ke rumah sakit A. Namun FKTP merujuknya ke rumah sakit B lantaran kapasitas pasein dokter di RS A berlebih.