GridStar.ID -Di tengah pandemi virus corona yang kini sudah mewabah di Indonesia, pemerintah mengimbau agar masyarakat melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing.
Hal tersebut dilakukan guna memutus rantai penyebaran covid-19 agar tidak semakin meluas.
Di Indonesia sendiri, imbauan untuk menganrantina diri di rumah sudah berjalan lebih dari dua minggu.
Tidak sedikit pula kantor-kantor yang menugaskan karyawannya Work from Home (WFH), supaya mendukung program pemerintah.
Untuk sebagian besar orang, pasti amat menjemukan bila harus terus menerus di rumah dengan kegiatan yang monoton.
Apalagi jika harus hanya berdiam diri dan melakukan hal yang monoton, pasti akan menimbulkan stres.
Berikut ini, seorang Psikolog, Prita Pratiwi membagikan tips agar tetap bahagia dalam menjalani WFH saat karantina di rumah.
1. Mengatasi bosan dengan menjadi 'produktif', bukan soal pindah-pindah tempat
Di setiap tahapan perkembangan usia, sebenarnya ada tuntutan perkembangan yang perlu dipenuhi.
Saat berada di usia produktif, dan kondisi seperti ini terkesan seperti “memaksa” kita untuk diam.
Jadi, kata kuncinya adalah PRODUKTIF. Bukan pindah-pindah ruangan lah yang dibutuhkan agar tidak bosan, namun kegiatan atau “karya” apa yang bisa dibuat sebagai salah satu tujuan untuk mengatasi kebosanan.
Misalnya : dulu, dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan dan seperti sudah menjadi rutinitas, maka kita menjadi tidak terbiasa untuk mengeksplorasi kelebihan dari keterampilan yang bisa kita latih. Saat ini, sangat mungkin menjadi “moment” untuk meningkatkan keterampilan ini.
Atau mengitari rumah, ke depan, belakang, dapur, ruang tamu, dan ruang lain beberapa kali sehari tanpa disertai dengan tujuan, maka sangat mungkin bisa membuat bosan.
Bagaimana kalau mengitari rumah sambil berpikir, bagaimana kalau tata ruang diganti? Memanfaatkan barang-barang bekas untuk dibuat sesuatu yang lebih bermanfaat (misalnya plastik bekas makanan ringan atau pembungkus barang dibuat menjadi brick bottle yang bisa dimanfaatkan untuk membuat benda yang lebih berguna – lemari, tempat duduk, tempat untuk tanaman hias, atau yang lain).
Atau dengan mengeksplorasi kembali keterampilan diri apa yang ingin dikembangkan. Apa yang ingin dikreasikan dan ingin dicapai di masa depan? Misalnya mulai menulis untuk berbagi hal baik pada masyarakat sesuai dengan hobby atau profesi yang sedang dijalani.
Jadi berpindah ruangan yang dilakukan tujuannya adalah untuk mencari ide. Bukan hanya sekedar “mengatasi” rasa bosan.
2. Manajemen stres akan ketakutan dari pemberitaan wabah virus corona
Rasa was-was sebenarnya terjadi saat berada dalam keadaan yang “tidak pasti”, yang tidak bisa kita kendalikan.
Sehingga, kita tidak bisa menentukan dan membayangkan langkah antisipasi. Apalagi dengan keadaan emosi yang sedang tidak stabil (seperti di permainkan dengan keadaan), tidak tahu kapan akan berakhir, tidak tahu apa yang akan terjadi didepan mata, akan semakin membuat energi menjadi “habis”.
Efek terburuknya adalah, membuat imunitas tubuh menjadi turun.
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memilih berita mana saja yang akan dilihat, dibaca, dan didengar maupun teman mana saja yang kita pilih untuk saat ini menjadi teman kita berinteraksi.
Selain itu, perlu untuk melakukan ESR (Emotional Stress Release), supaya setidaknya tubuh merasa lebih tenang.
Saat sudah tenang ini, akan membantu kita untuk bisa lebih menentukan kapan kita memilih untuk melihat berita, dan kapan tidak.
Saat melihat berita pun, kita bisa lebih kritis untuk mencermati, berita mana yang bohong dan yang tidak.
Berusahalah untuk selalu “meng-ada”. Yang dimaksud dengan meng-ada disini adalah selalu aware atau menyadari kondisi tubuh kita, kapan saat sudah merasa “lelah” dan butuh untuk “istirahat” sejenak, kapan butuh “me time” dan sebagainya.
Tidak perlu lama, namun sekitar 10-15 menit sehari sudah cukup untuk me-recharge kembali energi.
3. Mengontrol emosi saat karantina
Yang penting adalah “menerima” dulu rasanya. Menerima bahwa kita memang sedang merasa tidak nyaman. Sambil dipilah-pilah, “tidak nyaman” ini, merupakan campuran dari rasa apa saja? Kenapa ini dibutuhkan? Karena pada dasarnya, pilihan perilaku yang bisa dilakukan untuk bisa “menetralisir” rasa itu berbeda-beda.
Misalnya, “marah” itu merupakan suatu rasa dengan energi yang sangat besar dan harus dikeluarkan.
Oleh sebab itu, saat merasa marah, maka bisa dilampiaskan dengan cara jalan kaki, olah raga, pukul-pukul bantal, atau aktivitas lain yang dapat mengeluarkan energi tersebut. Di situasi ini, sangat mungkin perasaan tidak nyaman lebih sering muncul. Perlu disadari, kapan rasa tersebut muncul sehingga kita bisa melakukan antisipasinya.
Misalnya, saat bukan di situasi pandemic, sepertinya saya tidak mudah marah, biasanya hanya 1 minggu sekali, itu pun kalau ada keadaan yang sangat luar biasa.
Tapi kenapa kok di situasi ini, saya jadi mudah marah walaupun baru 3 hari berjalan?
Sangat wajar, karena saat ini tekanannya sangat jauh lebih besar. Dan hal ini yang membuat tubuh menjadi membutuhkan energi yang jauh lebih besar.
Seperti kalau kita lagi pergi ke gunung yang tidak ada sinyal dan jauh dari tiang BTS, maka handphone kita akan selalu mencari sinyal dan membuat batere handphone menjadi cepat habis. Yak, sama persis.
Kondisi ini lah yang saat ini sedang terjadi di diri kita sendiri. Oleh sebab itu, tolong juga dikenali apa sebenarnya kebutuhan dasar kita.
Misalnya, kita adalah orang yang sangat senang untuk ketemu orang lain, dengan kondisi ini, maka bertemu dan ngobrolnya diganti melalui pertemuan online dulu.
Saat ini kan sudah banyak aplikasi untuk video call yang bisa kita gunakan.
Bisa juga misalnya yoga bersama melalui aplikasi online. Setidaknya salah satu kebutuhan untuk bertemu dengan teman bisa terpenuhi.
Begitulah tips yang dibagikan oleh Prita Pratiwi untuk menjaga 'kewarasan' saat karantina di tengah wabah virus corona. (*)