Dia sadar, cepat atau lambat bakal jadi salah satu orang yang terpapar penyakit peyebab gangguan sistem pernapasan itu.
“Perasaan saya, waktu tahu saya positif, aduh jadi merasa bersalah dengan teman-teman saya yang saling kontak dengan saya gimana, orang rumah, gimana pasien-pasien saya. Malah itu yang saya pikirkan,” kata dia.
Ibunya, yang juga berprofesi sebagai dokter di salah satu Puskemas, sebelumnya sempat positif Covid-19.
Sang ibu telah sembuh dan beraktivitas normal setelah karantina mandiri.
Melihat pengalaman ibunya, Disa optimistis bakal sembuh dari Covid-19.
Hari pertama sebagai pasien, dia langsung mengisi waktu dengan berbagai kegiatan. Dia sadar betul kekosongan tanpa kegiatan akan membuat dirinya meratapi kondisi kesehatan yang tak jarang berujung stres.
“Selama isolasi saya istirahat, baca-baca buku belajar dan dapat dukungan moral sih, sebisa mungkin stay positive ya. Namanya juga manusia, down-nya juga ada,” kata dia.
Keluarga dan kerabat lagi-lagi jadi motor utama penggerak semangat Disa.
Dukungan yang mereka berikan membuat Disa merasa tak sendirian kala menjalani isolasi mandiri, walau tak jarang segelintir kekhawatiran selalu menggelitik pikiran.