GridStar.ID - Beberapa negara di dunia hingga saat ini dibuat kalang kabut dengan adanya pandemi virus corona.
Bahkan ada banyak negara memiliki kasus positif Covid-19 yang cukup tinggi.
Berbagai langkah pencegahan dilakukan untuk mengurangi potensi virus ini menyebar lebih luas.
Meski telah dilakukan usaha untuk mencegahnya, ada beberapa negara yang masih berpotensi dengan adanya gelombang kedua virus corona.
Beberapa negara di Asia ini memiliki potensi untuk mengalami gelombang kedua virus corona.
Melansir South China Morning Post (SCMP), Minggu (21/06), ada beberapa negara yang dinilai paling berisiko untuk mengalami gelombang kedua atau second wave dari Covid-19.
Presiden Asia-Pacific Society of Clinical Microbiology and Infection, Paul Ananth Tambyah, menyebutkan, negara yang paling berisiko untuk mengalami gelombang kedua Covid-19 adalah negara yang memiliki kasus penularan lokal secara berkelanjutan.
Kasus penularan lokal ini terjadi dalam angka yang cukup tinggi, di kisaran ratusan hingga ribuan kasus per harinya.
"Meskipun bisa dibilang sekarang ini masih ujung dari gelombang pertama, namun ada banyak rantai penularan di berbagai negara yang belum terputus," kata Tambyah.
Untuk wilayah Asia, negara dengan karakteristik itu adalah India.
Salah satu negara terpadat di dunia ini, Jumat (19/06), melaporkan 13.586 kasus infeksi baru dalam satu harinya.
Angka ini merupakan yang tertinggi di Asia dan tertinggi ke-4 secara global.
Selain India, Tambyah juga menyebut Pakistan dan Indonesia menjadi negara lain di Asia yang memiliki potensi tinggi untuk terserang gelombang kedua ini.
Di Pakistan, tercatat kasus kematian dalam sehari mencapai 136 kasus untuk Jumat kemarin.
Sementara di Indonesia, kasus harian sempat mencapai angka tertingginya, yakni 1.331 infeksi pada Kamis (18/06).
Gelombang kedua terjadi di beberapa negara
Sementara, sejumlah negara masih bekerja keras mengatasi gelombang pertama pandemi.
Sejumlah negara lainnya disebut sukses menekan penyebaran virus dan infeksi kini tengah bersiap untuk membendung terjadinya gelombang kedua.
Misalnya, China yang sudah kondusif dan minim terjadi kasus baru Covid-19, pekan lalu kembali mencatat kasus baru dalam jumlah yang cukup signifikan sebanyak 184 kasus di wilayah Ibu Kota Beijing.
Berbagai aturan pencegahan pun dilakukan mulai dari membatalkan sejumlah penerbangan dalam negeri dan memberlakukan penguncian wilayah parsial.
Tidak hanya China, Korea Selatan juga mendapati kasus baru yang kembali tumbuh setelah negara itu berhasil menghentikan transmisi virus dengan melakukan pelacakan besar-besaran.
Pada Jumat lalu, negara ni mencatatkan 49 kasus baru, 32 di antaranya adalah infeksi lokal.
Kasus-kasus ini terdeteksi terjadi di ibu kota Seoul dan kota besar di sekitarnya.
Hal ini masih terjadi meski masyarakat di sana sudah menjalankan menjaga jarak sosial sejak sebulan terakhir.
Seorang profesor dari National University of Seoul, Lee Hoan-jong menyebutkan, virus tidak bisa dihindarkan hanya dengan melakukan jarak sosial.
"Gelombang kedua bisa datang kapan saja sebelum vaksin ditemukan atau setidaknya 60 persen orang terinfeksi (untuk mendapat kekebalan kelompok)," kata Lee.
Jepang juga tidak kalah mengkhawatirkan. Para ahli memperkirakan ada kemungkinan besar gelombang kedua terjadi di negara itu.
Pada Kamis (18/06), 41 kasus baru tercatat di Ibu Kota Tokyo. Besaran kasus dengan jumlah di atas 40 sudah terjadi 3 kali dalam sepekan kemarin.
Menurut Presiden dari Japan Associations of Infectious Disease (JAID) Kazuhiro Tateda, kasus baru ini banyak terjadi di kota besar karena adanya kehidupan malam di sana, misalnya pub, klub, dan sebagainya.
Untuk mencegah terjadinya penularan yang lebih meluas, otoritas terkait telah memberlakukan aturan atau pedoman yang harus ditaati oleh para pelaku industri hiburan malam.
Selain itu, pemerintah disebut telah meningkatkan persediaan anggaran untuk memerangi virus dan para tenaga medis seperti dokter dan perawat telah memiliki kesiapan yang lebih untuk menghadapi kasus-kasus infeksi.
Pelajaran dari gelombang pertama
Dari penularan virus dan wabah yang terjadi di gelombang pertama, masyarakat dunia dan berbagai pihak terkait bisa belajar apa saja yang bisa dilakukan dan efektif untuk mencegah penularan.
Beberapa di antaranya adalah pentingnya penggunaan masker wajah dan kapasitas pengujian dan sistem pelacakan yang tinggi.
Profesor Kesehatan Masyarakat di Otago University, Wellington, Michael Baker menyebut hal lain yang juga tak kalah penting adalah dikembangkannya ilmu pengetahuan, keberadaan pemimpin yang baik, pemimpin yang bisa cepat tanggap menangani pandemi. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulNegara Mana di Asia yang Berpotensi Hadapi Gelombang Kedua Virus Corona?