"Rata-rata, keluarga pasien dan pasien sendiri mau dibawa ke rumah sakit, kalau Kades, Babinsa dan Babinkamtibmas yang membujuknya. Kalau Satgas sendiri, sulit karena dilawan," terang Syaiful.
Setelah berhasil dibawa ke rumah sakit, masalah belum selesai. Pihak keluarga ingin agar pasien bisa dikunjungi dan ditemui seperti pasien sakit lainnya setiap saat.
Namun, pihak rumah sakit melarang sesuai standar pelayanan pasien Covid-19.
Ketika dilarang untuk berkunjung, giliran keluarga yang mengamuk di rumah sakit.
"Keluarga mereka itu kalau dilarang, ngamuk-ngamuk dan ngancam. Ada yang mau merusak rumah sakit, ada yang mau membunuh dokter. Pokoknya macam-macam yang mereka katakan ke kami," tambah Syaiful.
Berurusan dengan pasien Covid-19 juga tidak mudah. Ada di antara mereka yang mau melarikan diri, mau bunuh diri dan ada yang maki-maki dokter dan perawat.
Namun ada pula pasien yang sabar dengan banyak beribadah, seperti mengkhatamkan Al Quran.
"Beragam kalau karakter pasien. Ada yang keras, kalem dan ada yang nekad mau bunuh diri dan ada yang minta dibunuh saja daripada dikunci dalam kamar berhari-hari," ungkapnya.
Pasien inisial J, salah satu pasien sembuh yang memilih mengkhatamkan Al Quran selama 17 hari menjalani isolasi di rumah sakit.