Jika kemudian menyentuh wajah Anda, terutama mata, lubang hidung, atau mulut, Anda bisa terinfeksi. Mencuci virus dengan air saja mungkin berhasil.
Tetapi air tidak bagus untuk bersaing dengan interaksi yang kuat dan mirip lem antara kulit dan virus. Jadi, air tidak cukup.
Hal ini akan berbeda jika air disemakan dengan sabun. Sabun mengandung zat seperti lemak yang dikenal sebagai amphiphiles, beberapa di antaranya secara struktural sangat mirip dengan lipid dalam membran virus.
Molekul sabun “bersaing” dengan lipid dalam membran virus.
Ini kurang lebih bagaimana sabun juga menghilangkan kotoran normal dari kulit.
Sabun tidak hanya melonggarkan "lem" antara virus dan kulit tetapi juga interaksi yang menyatukan protein, lipid, dan RNA dalam virus.
2. Tak bisa bertahan lama tanpa inang
Pakar Virologi di US National Institutes of Health (NIH), Neeltje van Doremalen, dan rekan-rekannya di Rocky Mountain Laboratories di Hamilton, Montana, termasuk salah satu tim peneliti pertama yang melakukan tes tentang kemampuan SARS-CoV-2 bertahan hidup di berbagai permukaan.
Studi mereka yang telah diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, menunjukkan bahwa virus tersebut dapat bertahan dalam droplet hingga tiga jam setelah terlepas ke udara.
Droplet halus berukuran antara 1-5 mikrometer atau sekitar 30 kali lebih kecil dari lebar rambut manusia disebut bisa tetap mengudara selama beberapa jam di udara yang tenang.