GridStar.ID -Virus corona atau covid-19 saat ini merupakan kejadian luar biasa bagi dunia.
Pasalnya virus yang disebut-sebut berasal dari pasar hewan liar di Kota Wuhan, China ini telah menginfeksi hampir ke seluruh negara-negara di penjuru dunia.
Termasuk di Indonesia, sampai pada Rabu, (08/04), tercatat sudah lebih dari dua ratus orang meninggal dunia akibat covid-19.
Saat ini para tenaga medis lah yang paling merasakan dampaknya.
Terus bertambahnya jumlah pasien kasus ini tidak sebanding dengan peralatan dan tenaga yang ada.
Melansir dari surya.co.id, kekurangan Alat Pelindung Diri / APD, perawat di RSUD Gambiran, Kediri, Jawa Timur terpaksa pantau pasien lewat grup WhatsApp.
Imbasnya, sebuah rumah sakit rujukan di Kediri terpaksa mengurusi pasien melalui grup WhatsApp untuk meminimalisir keluar masuk ruang isolasi.
Sejumlah tenaga medis di RSUD Gambiran, Kota Kediri, Jawa Timur, menceritakan pengalamannya selama merawat pasien Covid-19.
RSUD Gambiran merupakan rumah sakit rujukan di Kota Kediri yang menangani pasien Covid-19.
Salah satunya Minarsih (47), perawat ruang isolasi RSUD Gambiran.
Minarsih mengatakan, setiap hari mereka membangun komunikasi dan membangkitkan semangat pasien untuk sembuh.
Namun ironisnya, tugas berat itu tak diimbangi dengan pemenuhan alat pelindung diri (APD) yang memadai.
Padahal, setiap saat Minarsih dan teman-temannya berpotensi terpapar virus corona saat berinteraksi di ruang isolasi.
“Kami terpaksa mengurangi intensitas keluar masuk ruang isolasi karena keterbatasan APD.
Di zona merah, APD hanya bisa dipakai sekali dan langsung dibuang,” ucap Minarsih dikutip dari Surya.co.id, Jumat (03/04).
Sebagai gantinya, Minarsih membuat grup WhatsApp yang terdiri dari petugas ruangan dan pasien.
Sehingga komunikasi bisa dilakukan secara daring tanpa harus masuk ke dalam ruang isolasi.
Selain menghilangkan kebosanan dan menyampaikan motivasi, grup WA juga dipakai untuk melaporkan kebutuhan pasien, seperti cairan infus yang habis.
Melalui WA pula para pasien bisa saling berinteraksi dan mengenal satu sama lain, dan membangun semangat sembuh bersama-sama.
Rekan Minarsih, Tri Sudaryati (54) memberikan kesaksian yang sama.
Perawat senior ini bahkan mengalami tekanan mental di luar tempat kerjanya sejak merawat pasien corona.
“Mereka mengucilkan saya karena dianggap bisa menularkan virus. Padahal tidak sesederhana itu,” katanya.
Apalagi dahsyatnya pemberitaan tentang penularan corona secara langsung turut memojokkan para perawat.
Tak hanya oleh tetangga di rumah, beberapa rekan kerja di rumah sakit turut menjaga jarak dengan para tenaga medis yang bertugas di ruang isolasi.
Mereka tak mau tertular oleh virus mematikan yang hingga kini belum ditemukan obatnya.
Malahan langkah ekstrim dilakukan Minarsih terhadap keluarganya.
Sampai sekarang Minarsih tak pernah menceritakan tugasnya merawat pasien corona kepada anak-anaknya.
Dia tak ingin mereka berpikir jauh dan ketakutan atas profesi yang dijalani ibunya.
Direktur RSUD Gambiran dr Fauzan Adhima mengakui ketersediaan APD memang terbatas.
“Pada awal-awal sempat ada kesulitan penyediaan APD karena banyak distributor yang menghentikan pengiriman.
Tapi saat ini ketersediaan APD relatif sudah mencukupi. Semoga pasien covid-19 tidak nambah lagi sehingga APD-nya tetap tercukupi," ungkapnya.
Manajemen rumah sakit sangat mengapresiasi semua tenaga medis, paramedis, dan petugas lainnya yang telah all out memberikan pelayanan terbaik bagi pasien Covid-19 di RSUD Gambiran.
Selain Minarsih, kisah sedih para tenaga medis lantaran kurangnya APD pun dirasakan oleh para tenaga kesehatan yang lain.
Melansir dari Tribun-Mataram, beberapa laporan yang muncul pun menunjukkan bahwa beberapa dokter dan staf medis lainnya harus memodifikasi APD dengan jas hujan plastik hingga kantung sampah.
Hingga kini, banyak donasi yang dibuka untuk membantu penyediaan APD bagi para staf medis dan diakui sebagai upaya yang sangat membantu.
Sementara, menurut Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Halik Malik, PB IDI juga menyalurkan bantuan APD melalui donasi IDI Peduli kepada rekan-rekan sejawat yang kesulitan.
Halik menyebut, perlunya APD yang memenuhi standar dan pembenahan sistem layanan untuk menghindari risiko penularan Covid-19 kepada tenaga medis.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa pihaknya telah memesan 10.000 alat perlindungan dari India dan Eropa.
Pekan lalu, pemerintah juga mengatakan telah mendistribusikan 151.000 alat perlindungan tersebut ke berbagai wilayah di Indonesia.(*)