Para remaja putri kemudian akan mengirimkan informasi pribadi mereka, termasuk nomor dan alamat jaminan sosial mereka sehingga mereka dapat dibayar.
Setelah dipekerjakan, mereka diduga diminta memberikan gambar yag lebih terbuka.
Polisi percaya hal ini akan digunakan untuk memeras para perempuan tersebut.
Diduga Cho mengancam dan memposting foto tersebut di internet lengkap dengan rincian pribadinya jika gadis-gadis itu tidak bekerja di ruang obrolan Telegram.
Cho diduga melakukan obrolan secara gratis, namun kemudian meningkatkan grup menjadi premium, dan para pengguna membayar 1.200 dollar atau sekitar Rp. 19 juta untuk masuk ke ruangan obrolan dengan transaksi bitcoin.
Chat grup yang dimiliki Cho ada sebanyak 8 kelompok, dan masing-masing ruangan chat memiliki 3 hingga lima perempuan yang disebutnya sebagai 'budak'.
Mereka akan online dan siap mengambil permintaan foto dan video yang direkam sendiri. (*)