Setelah disuntikkan, tubuh manusia membentuk antibodi terhadap vaksin Covid-19 yang dibawa, tapi tidak banyak bereaksi terhadap virus vectornya.
Sedangkan vaksin Sputnik sebenarnya sama dengan vaksin Janssen dan Cansino, yakni menggunakan adenovirus yang biasa menginfeksi manusia.
Namun, vaksin Sputnik sengaja dibuat dua versi. Strain virus vector pada dosis kedua sengaja dibedakan dengan dosis pertama.
Maka diharapkan, virus vectornya tidak ditangkap antibodi yang sudah terbentuk pada tubuh penerima vaksin.
Baca Juga:Nyesel Baru Tahu, Tak Perlu Surat Domisili, Pendatang Bisa Vaksin di Mana Saja dengan Syarat Ini
Efikasi vaksin Johnson & Johnson
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 Johnson & Johnson pada 7 September 2021.
Selain mengeluarkan izin untuk vaksin Janssen, BPOM juga menerbitkan izin untuk Cansino.
Diberitakan Kompas.com, Jumat (10/9/2021) Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, penerbitan izin kedua vaksin tersebut telah melalui pengkajian yang intensif terhadap keamanan, khasiat, dan juga mutunya.
"Kami melibatkan para pakar di bidang farmakologi, imunologi, klinisi, apoteker, epidemiologi, virologi, dan biomedik yang tergabung dalam tim Komite Nasional Penilai Khusus Vaksin Covid-19, ITAGI, serta asosiasi klinisi terkait,” kata Penny.
Berdasarkan data interim studi klinik fase 3 pada 28 hari setelah pelaksanaan vaksinasi, efikasi vaksin Johnson & Johnson untuk mencegah keseluruhan gejala Covid-19 adalah 67,2 persen.