Kehidupannya seketika berubah. Sangat berbeda dengan usia sekolah dasar, saat di mana status yatim korban konflik membuat ia diutamakan dalam segala hal.
Banyak yang memberikan uang. Jadi yatim membuat Junizar menjadi orang yang diutamakan.
"Itu pikiran kecil saya yang nggak tahu apa-apa," katanya.
Junizar berontak. Ia memangkas pendek rambutnya. Mirip laki-laki.
Gejolak dalam hati membuat ia sangat ingin mendapat perhatian laki-laki.
Hal yang membuat nilai sekolahnya jatuh drastis. Jika saat SD ia selalu mendapatkan peringkat 1, kini rangking nya turun ke angka 12.
Semua gejolak itu kemudian ia catat dalam buku.
Menjadi perempuan tomboi membuat ia menjatuhkan pilihan melanjutkan SMK jurusan elektronika. Usia yang membuat ia mulai menerima keadaan.
"Saya mulai ikhlas. Ini takdir, mau diulang nggak akan mungkin," kata Junizar.