GridStar.ID - Perekonomian Indonesia tengah diprediksi di ambang resesi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani merevisi kemungkinan Indonesia mengalami kontraksi minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen.
Sehingga keseluruhan satu tahun ekonomi Indonesia bakal berada pada kisaran minus 1,7 hingga 0,6 persen.
Dengan adanya hal tersebut maka pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV menurutnya juga akan negatif.
Adanya hal tersebut maka tak menutup kemungkinan resesi ekonomi di Indonesia akan terjadi.
Melansir dari Forbes, resesi adalah kondisi di mana terjadi penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Lantas, jika resesi betul terjadi apa dampak bagi masyarakat serta apa saja yang perlu dipersiapkan?
Dampak
Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef, Nailul Huda mengatakan salah satu dampak yang mungkin saja timbul dari terjadinya resesi adalah meningkatnya jumlah pengangguran.
Ia menyebut, banyaknya pengangguran muncul akibat produksi merosot seiring turunnya permintaan agregat masyarakat yang kemudian berdampak pada banyaknya usaha yang tutup maupun gulung tikar.
“Dampak dari resesi bersifat saling terkait dan ada efek bola salju (menggelinding dan membesar),” kata Huda dihubungi Kompas.com Selasa (22/09).
Adapun Apabila resesi terus berlanjut menurutnya dampak lanjutan yang kemudian muncul adalah:
Akan semakin tinggi kredit macet yang disebabkan penghasilan masyarakat menurun, dan Kemiskinan akan semakin meningkat.
Pihaknya menyebut, resesi berpotensi pula menyebabkan berkurangnya minat investor akibat daya beli masyarakat yang melemah.
Sehingga menyebabkan mereka enggan berinvestasi dan memasarkan produknya ke dalam negeri.
“Jadi efeknya seperti bola salju yang menggelinding, semakin besar masalah yang ditimbulkan dari resesi,” ujar dia.
Yang harus dipersiapkan hadapi resesi
Menurut Huda resesi yang kemungkinan terjadi pada triwulan ke III 2020 ini beberapa hal yang harus dipersiapkan masyarakat adalah sebagai berikut:
Mengubah pola konsumsi dari konsumsi tersier ke konsumsi primer Memperbanyak tabungan guna menghadapi krisis ekonomi (bagi yang masih ada penghasilan)
Membuka usaha baru, misalnya melalui layanan daring (online) bagi orang yang sudah kena PHK Lebih lanjut
Huda mengingatkan agar pemerintah menyiapkan diri terkait dengan resesi ini.
“Siapkan jaring pengaman sosial bagi masyarakat terdampak,” ujar dia. Dikutip dari Kompas.com (04/08), pakar finansial Ahmad Gozali menyebutkan masyarakat dapat melakukan sejumlah hal untuk bertahan di tengah resesi ekonomi.
Cara bertahan saat resesi
Agar bisa bertahan saat terjadi resesi, Gozali menyebut ada beberapa hal yang secara umum bisa dilakukan, yaitu:
Melindungi sumber penghasilan
Sebagai karyawan menurut dia sebaiknya tidak agresif pindah pekerjaan dahulu sebelum ada kepastian pekerjaan baru lebih stabil.
"Untuk yang punya usaha, pertimbangkan kembali rencana ekspansi," kata Gozali
Miliki dana cadangan
Dia menyampaikan dana cadangan sebaiknya dijaga 3-12 kali pengeluaran bulanan dalam bentuk likuid.
"Artinya, kalau sekarang kurang dari itu, bisa ditambah dengan mengurangi aset risiko tinggi dan menambah likuiditas," kata Gozali.
Tahan pembelanjaan besar, terutama kredit
Apabila sebelumnya ada rencana kredit kendaraan atau rumah, maka perlu dipelajari lagi risikonya.
"Apakah cukup aman untuk melanjutkan rencana tersebut. Jangan terlalu memaksakan, misalnya menggunakan dana cadangan untuk bayar DP (down payment)," kata Gozali.
"Intinya dana cadangan menjadi semakin penting, jangan terpakai untuk hal lain dulu. Bahkan kalau bisa ditambah," imbuhnya.
Tetap belanja secara rutin
"Karena pembelanjaan konsumtif rumah tangga untuk hal-hal penting di Indonesia justru menjadi salah satu pendorong ekonomi yang dominan," kata Gozali.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Siap-siap Resesi Ekonomi, Ini yang Sebaiknya Dilakukan Masyarakat