Kendati demikian, seiring dengan pemulihan ekonomi yang mampu meningkatkan konsumsi BBM dan gas, Komaidi menyoroti masih ada peluang untuk Pertamina memperbaiki kineja di sisa tahun 2020 ini.
"Jika pemulihan ekonomi yang sedang diupayakan pemerintah berjalan dengan baik saya kira dampaknya akan positif bagi semua pihak termasuk Pertamina yang sebagian besar pendapatan usahanya dari sisi hilir," kata Komaidi.
Terlebih, merujuk pada data hingga 30 Juni 2020, kerugian Pertamina disebabkan oleh anjloknya penjualan dan pendapatan usaha.
Kebijakan untuk beraktivitas dari rumah juga menjadi salah satu penyebab konsumsi BBM rendah.
Disebutkan, jika dibandingkan dengan semester I-2019, penjualan dalam negeri minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi dan produk minyak tercatat hanya US$ 16,56 miliar atau merosot sebanyak 20,91%.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan tiga alasan meruginya Pertamina.
Yakni pertama karena terjadi penurunan harga minyak tanah dunia.
Kemudian terjadi penurunan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri hingga 30%.