Anies menyarankan agar petugas BPBD menyiapkan alat komunikasi lain untuk peringatan dini banjir, misalnya dengan aplikasi WhatsApp atau pengeras suara masjid.
“Ini adalah cara promosi paling bagus, hibah dulu habis itu pengadaan. Dan strategi mereka (perusahaan Jepang) sukses, lalu kita belanja terus,” sindirnya kepada BPBD DKI Jakarta.
Namun nampaknya pernyataan Anies Baswedan dulu berbeda dengan yang sekarang.
Melansir Sosok.ID, awal tahun 2020, masyarakat digemparkan dengan cara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatasi banjir.
Melansir Kompas.com, diberitakan pada Januari lalu Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 4 miliar guna membeli enam set pengeras suara alias TOA canggih.
"Salah satu hal yang akan diterapkan baru, bila ada kabar (akan banjir), maka pemberitahuannya akan langsung ke warga," kata Anies melansir Kompas.com, pada (08/01) lalu.
"Jadi kelurahan bukan ke RW, RT, tapi langsung ke masyarakat berkeliling dengan membawa toa (pengeras suara) untuk memberitahu semuanya, termasuk sirine," ujarnya.
Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapudatin) BPBD, M. Ridwan mengatakan, pengeras suara yang dinamakan Disaster Warning System (DWS) ini tergabung dalam sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) BPBD DKI.
"Alatnya memang pakai toa, tapi bukan menggunakan toa seperti yang ada di masjid," Rabu (15/01), dikutip dari Tribun Jakarta.