GridStar.ID - Vaksin virus covid-19 hingga kini belum ditemukan.
Para ilmuwan masih dalam tahap uji coba vaksin virus corona yang diperkirakan siap pada 2021 mendatang.
Meski demikian, ada kabar baik terkait pengembangan uji coba vaksin ini, apa ya?
Pfizer, salah satu dari sejumlah perusahaan yang berlomba mengembangkan vaksin, melaporkan data baru yang menjanjikan dari tahap awal uji coba pada Rabu (01/07).
Pengembang vaksin di Pfizer, Phil Dormitzer mengatakan, data baru dari vaksin perusahaannya sangat menarik.
"Apa yang kami sajikan hari ini adalah data sementara awal dari uji coba Amerika Serikat untuk kandidat vaksin pertama," kata Dormitzer seperti dikutip dari ABC News.
Ia mengungkapkan, kandidat vaksin pertama yaitu memperoleh tingkat antibodi untuk menetralisir virus yang setara atau lebih baik dari apa yang diperlihatkan penderita Covid-19.
"Ini merupakan pekerjaan yang luar biasa dan sekarang ada banyak kebanggaan untuk melihat hasilnya yang mulai maju," kata dia.
Dormitzer mengatakan, pihaknya akan bergerak lebih cepat tetapi bukan berarti mengambil jalan pintas dengan menurunkan standar keselamatan.
Ia menyebutkan, Pfizer akan melakukan apa yang diperlukan untuk memastikan para kandidat vaksin aman.
"Jika ini berhasil dan diluncurkan dalam skala yang kami harapkan, kami dapat mencegah sejumlah besar kerusakan terjadi," ujar dia.
Ia meyakinkan bahwa vaksin tersebut masih berada dalam jalur untuk memenuhi tujuan memproduksi 100 juta dosis pada akhir tahun dan 1,2 miliar dosis lain pada 2021.
"Tujuan yang kami tetapkan adalah mendistribusikan jutaan dosis vaksin pada tahun 2020 dan melaksanakannya, tentu saja, berarti semuanya harus berjalan dengan baik," ujar Dormitzer.
Meski telah direncanakan, pihaknya tetap membutuhkan persetujuan regulator. Saat ini, uji coba berlanjut dan perusahaan juga melacak evolusi virus dengan cermat untuk mengurangi kemungkinan mutasi yang berpotensi mengurangi dampak vaksin.
"Anda memang melihat beberapa mutasi pada virus. Tetapi untungnya kami belum melihat indikasi mutasi yang akan mengurangi kemanjuran vaksin," kata dia.
Akhir bulan ini, perusahaan farmasi yang sedang mengembangkan vaksin bersama dengan mitra Jerman BioNTech, akan menguji 30.000 lebih sukarelawan dalam fase percobaan berikutnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengumumkan bahwa 17 vaksin potensial sedang dalam uji coba manusia dengan 132 dalam fase praklinis.
Menurut WHO, AstraZeneca, yang mendukung uji coba vaksin Universitas Oxford, CanSino di China, dan Moderna yang berbasis di AS adalah di antara yang terdepan dengan hasil lab yang menjanjikan.
Vaksin Oxford dilaporkan sebagai yang paling maju karena saat ini dalam uji coba fase 3.
Untuk fase ini, sudah ada lebih dari 10.000 relawan yang mendaftarkan diri.
Hasil awal menemukan uji coba itu aman dan efektif dalam dosis kondisi darurat dan siap untuk pengembangan pada Oktober.
Militer China telah mendapat lampu hijau untuk menggunakan vaksin yang dikembangkan oleh tim peneliti dan CanSino Biologics.
Perusahaan bioteknologi Amerika, Moderna, akan memulai tahap ketiga percobaan manusia akhir bulan ini dengan 30.000 sukarelawan.
Jika uji coba ini berhasil, Moderna mengatakan, pihaknya berharap untuk menyiapkan dosis pada awal 2021.
National Institutes of Health, yang mendukung vaksin Moderna, mengatakan, vaksin ini diperkirakan akan 80-90 persen berhasil.
Melansir Stat News, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech memacu respons kekebalan pada pasien yang sehat, tetapi juga menyebabkan demam dan efek samping lainnya, terutama pada dosis yang lebih tinggi.
"Kami sedang menguji kandidat lain. Namun, apa yang dapat kami katakan pada titik ini adalah ada kandidat yang layak berdasarkan pada imunogenisitas dan data keselamatan yang dapat ditoleransi lebih awal," ujar Dormitzer.
Penelitian secara acak dilakukan pada 45 pasien yang mendapatkan satu dari tiga dosis vaksin atau plasebo.
Sebanyak 12 pasien menerima dosis 10 mikrogram, 12 pasien dosis 30 mikrogram, 12 pasien dosis 100 mikrogram, dan sembilan plasebo.
Dosis 100 mikrogram menyebabkan demam pada setengah dari pasien, sementara dosis kedua tidak diberikan pada tingkat itu.
Setelah injeksi kedua, tiga minggu kemudian dari dosis lain. Sebanyak 8,3 persen dari peserta uji coba dalam kelompok 10 mikrogram mengalami demam.
Demikian pula 75 persen dari kelompok 30 mikrogram. Lebih dari 50 persen pasien yang menerima salah satu dari dosis tersebut melaporkan beberapa jenis efek samping termasuk demam dan gangguan tidur.
Tak satu pun dari efek samping ini yang dianggap serius.
Artinya, tidak mengakibatkan rawat inap atau cacat dan tidak mengancam jiwa.
Vaksin ini menghasilkan antibodi terhadap virus corona jenis baru dan beberapa dari antibodi ini dinetralkan.
Artinya, vaksin muncul untuk mencegah virus berfungsi. Tingkat antibodi penawar adalah 1,8-2,8 kali meningkat pada pasien yang pulih.
Namun, belum diketahui pasti bahwa tingkat antibodi yang lebih tinggi akan menyebabkan kekebalan terhadap virus.
Untuk membuktikannya, Pfizer perlu melakukan penelitian besar yang bertujuan untuk membuktikan bahwa orang yang telah menerima vaksin setidaknya 50 persen lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi kembali.
Studi-studi tersebut diharapkan akan dimulai musim panas ini di sebagian besar di Amerika Serikat. Pfizer dan BioNTech sedang menguji empat versi vaksin yang berbeda, tetapi hanya satu yang akan maju ke studi yang lebih besar. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Uji Coba Vaksin Virus Corona Ini Menunjukkan Perkembangan Positif