GridStar.ID - Sebuah kisah spiritual datang dari CEO perusahaan raksasa dunia.
Pria ini memiliki nama asli Kang-Hyun Lee, pimpinan perusahaan Samsung di Indonesia.
Berasal dari Negeri Gingseng Korea selatan Mr.Lee mengaku datang ke Indonesia awalnya bukan sebagai pimpinan.
"Saya datang ke Indonesia tahun 1988", ucapnya memulai kisah.
Lee saat itu datang mengunjungi sahabat penanya yang asal Indonesia.
Dia bertandang ke rumah sahabatnya dan menginap sekitar satu bulan.
Bisa dibilang, kecintaan Lee akan Indonesia sudah tertanam sejak masa ini, sebelum menduduki jabatan sebagai perwakilan Samsung.
"Waktu itu saya belajar bahasa Indnesia di UI (Universitas Indonesia) Fakultas Sastra selama 23 hari. Zaman itu Bahasa Indonesia saya lebih bagus dibanding sekarang," selorohnya.
Lee memang hobi menulis, bahkan di tengah kesibukannya mengendalikan laju bisnis Samsung di tanah air, Lee beberapa kali menerbitkan buku karyanya.
"Saya sekarang ketua perkumpulan penulis Korea di Indonesia. Saya bikin buku tiap tahun dengan anggota-anggota perkumpulan," ujar Lee.
Menariknya, inspirasi menulis datang dari mana saja, termasuk hal-hal kecil.
Pernah sekali waktu, ia merasa kesal dengan putra bungsunya karena tidak bergegas dalam mengerjakan beberapa hal.
"Lalu anak saya bilang, 'Bapak makanya sabar, belajar sabar, Pak'," ceritanya sambil tertawa.
Kisah ini pun ia tuliskan menjadi buku berjudul Sabar yang tertulis dalam bahasa Korea.
Di kalangan pewarta senior, Lee akrab disapa "Pak Haji".
Faktanya, ia belum pernah berangkat menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
"Nama saya KH Lee, mungkin orang-orang memanggil 'Kiai Haji' Lee, jadi sekalian didoakan," candanya lagi.
Sejak tahun 1994, Lee telah menjadi mualaf dengan memeluk agama Islam.
Melansir Serambinews, ia pertama kali mengenal Islam dari salah satu temannya asal Aceh.
Di rumah temannya itu, ia melihat ayah temannya mengajarkan agama Islam ke anak-anak.
"Ada sekitar 20 anak yang dia sekolahkan dan biayai," ujarnya.
Sementara, ibu teman Lee juga mendirikan sebuah panti asuhan.
"Jadi saya benar-benar lihat sendiri bagaimana umat muslim berperilaku, kemudian saya diajari salat," kisahnya.
Ayah teman Lee yang kemudian dianggapnya sebagai ayah angkat, lalu mengajaknya ke masjid Agung Sunda Kelapa untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.
Saat itu menjadi muslim baru dikatakannya cukup berat, terutama saat melalui puasa di bulan Ramadan.
Namun akhirnya ia bisa menjalaninya hingga saat ini.
Meski belum menunaikan rukun Islam kelima, Lee pernah melaksanakan umroh.
Lee mengaku saat ini belum memungkinkan untuk berangkat haji, karena jadwal pekerjaan yang sangat padat.
"Tapi saya sudah berjanji kepada istri saya akan berangkat haji," ujarnya.
Tahun 1996, Lee mempersunting wanita berdarah Sunda dan dikaruniai tiga orang putra.
(*)