Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendapat laporan, jumlah pengguna alat kontrasepsi menurun sekitar 40 persen.
”Kenapa menurun hampir 40 persen? Karena banyak klinik tidak melayani, ada yang mau datang suntik KB ke bidan, tetapi karena petugasnya sudah agak tua, terus jadi takut. Bidan yang biasa periksa pasien 40 orang jadi turun jumlah yang diperiksa. Begitu juga pasien atau akseptor juga merasa tidak penting-penting amat, tidak datang periksakan diri,” ujar Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta, Selasa (05/05).
Laporan tentang menurunnya jumlah pengguna alat kontrasepsi diterima Hasto sejak awal April 2020 lalu.
Menurut dia, jika dibiarkan, kondisi tersebut akan membuat angka kehamilan melonjak.
Dia mencontohkan, jika pasangan suami istri sedang dalam usia subur, dalam seminggu dua sampai tiga kali melakukan hubungan badan dan tidak menggunakan alat kontrasepsi, potensi kehamilannya cukup tinggi.
”Dari 100 pasangan yang berhubungan, biasanya ada 15 perempuan yang hamil. Nah, kalau sampai ada 15 persen yang hamil, itu kan kenaikan angka kehamilan lumayan,” ujar Hasto.
Dia menyebutkan, dalam satu tahun, sekitar 4,8 juta orang melahirkan.
Sementara pasangan usia subur di Tanah Air saat ini sekitar 28 juta pasangan.
Jika selama pandemi Covid-19 ada 2,8 juta pasangan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi, tiap bulan akan ada terjadi 400.000 kehamilan. Dalam dua sampai tiga bulan, angkanya bisa mencapai 800.000 kehamilan.