3. Mengontrol emosi saat karantina
Yang penting adalah “menerima” dulu rasanya. Menerima bahwa kita memang sedang merasa tidak nyaman. Sambil dipilah-pilah, “tidak nyaman” ini, merupakan campuran dari rasa apa saja? Kenapa ini dibutuhkan? Karena pada dasarnya, pilihan perilaku yang bisa dilakukan untuk bisa “menetralisir” rasa itu berbeda-beda.
Misalnya, “marah” itu merupakan suatu rasa dengan energi yang sangat besar dan harus dikeluarkan.
Oleh sebab itu, saat merasa marah, maka bisa dilampiaskan dengan cara jalan kaki, olah raga, pukul-pukul bantal, atau aktivitas lain yang dapat mengeluarkan energi tersebut. Di situasi ini, sangat mungkin perasaan tidak nyaman lebih sering muncul. Perlu disadari, kapan rasa tersebut muncul sehingga kita bisa melakukan antisipasinya.
Misalnya, saat bukan di situasi pandemic, sepertinya saya tidak mudah marah, biasanya hanya 1 minggu sekali, itu pun kalau ada keadaan yang sangat luar biasa.
Tapi kenapa kok di situasi ini, saya jadi mudah marah walaupun baru 3 hari berjalan?
Sangat wajar, karena saat ini tekanannya sangat jauh lebih besar. Dan hal ini yang membuat tubuh menjadi membutuhkan energi yang jauh lebih besar.
Seperti kalau kita lagi pergi ke gunung yang tidak ada sinyal dan jauh dari tiang BTS, maka handphone kita akan selalu mencari sinyal dan membuat batere handphone menjadi cepat habis. Yak, sama persis.
Kondisi ini lah yang saat ini sedang terjadi di diri kita sendiri. Oleh sebab itu, tolong juga dikenali apa sebenarnya kebutuhan dasar kita.