"Model yang bisa dikembangkan salah satunya adalah berdasarkan model Ising untuk melihat pola penyebaran Covid-19 secara lokal. Model ini biasa digunakan dalam kajian zat padat. Selain itu digunakan model diskrit sigmoid untuk melakukan prediksi jangka panjang yang bersifat global, disamping model SIR yang banyak digunakan orang," jelasnya.
Baca Juga: Muncul Istilah Baru Covid-19 Delmicron, Apa Bedanya dengan Omicron?
Husin pun menambahkan, hal ini erat kaitannya dengan ilmu fisika yang bersandarkan pada dua perangkat, yakni perangkat analisis berupa matematika dan perangkat pengukuran menggunakan berbagai instrumen.
Berdasarkan kedua perangkat tersebut, lanjutnya, fisika menjadi salah satu disiplin sains yang memiliki kemampuan untuk melakukan prediksi terhadap sebuah fenomena.
Melalui model matematis atau komputasi, hasil prediksi bergantung pada data hasil pengukuran di lapangan terkait kondisi terkini laju reproduksi dasar penyebaran (R0) yang menunjukkan tingkat penyebaran virus dari satu individu ke sejumlah individu dalam rentang waktu tertentu.
Baca Juga: RM dan Jin BTS Didiagnosis Positif Covid-19, Cek Juga Sinopsis Drama Korea Hwarang di Sini
Menurut Husin, dari sudut pandang fisika, pandemi akan berubah menjadi endemik jika masyarakat patuh melakukan physical distancing dan menggunakan masker saat beraktivitas.
Pasalnya, dua cara ini adalah yang paling ampuh untuk mencegah penyebaran Covid-19, di samping melalui upaya vaksinasi.
Kedua cara tersebut secara signifikan mampu menurunkan tingkat intensitas interaksi antar orang.
Tak hanya itu, kondisi endemik dapat tercapai jika varian baru Omicron dapat ditangani pencegahan penularannya dengan baik.
Juga, ketentuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) bertingkat yang dilakukan oleh pemerintah harus diakui, karena memberi dampak positif bagi terwujudnya perubahan dari pandemi Covid-19.