Poin keempat merupakan optimalisasi magang atau praktik kerja di industri atau dunia kerja. Menurutnya minimal dirancang satu semester sejak awal.
“Jangan sampai langsung lompat ke nomor empat, sedangkan poin 2 dan 3 belum kita lakukan,” tuturnya.
Adapun yang kelima adalah sertifikasi kompetensi, yang sesuai standar dan kebutuhan dunia kerja (bagi lulusan dan dosen, guru/instruktur).
Kemudian dosen/guru/instruktur secara rutin mendapatkan update teknologi dan pelatihan dari dunia kerja.
"Aspek ketujuh cukup krusial yakni riset terapan mendukung teaching factory atau teaching industry," jelas dia.
Wikan menjelaskan, ketika bicara riset terapan, tidak bisa langsung lompat ke riset terapan.
Ini bagian dari link and match. Riset terapan yang tepat itu teaching factory/teaching industry harus bermula dari kasus nyata di industri atau masyarakat.
Baca Juga: Update Terbaru, Kemendikbud Ketuk Palu: Formasi CPNS Guru Masih Diadakan Selain PPPK
"Sehingga kebijakan kita untuk riset terapan itu ya ini, start from the end," ungkap dia.
Wikan menyebutkan riset itu dimulai dari Market Readiness Level (MRL) bersama industri atau bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Kemudian merancang kalau kelak produk mereka nanti sudah selesai, bagaimana memproduksi massal dan mengirimkannya ke pasar atau masyarakat.