GridStar.ID-Sinergi antara pendidikan vokasi dan industri amat penting dalam peningkatan kapasitas serta kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Wikan Sakarinto mengatakan, saat ini, koneksi antara keduanya belum begitu optimal.
Sinergi antara pendidikan vokasi dan industri amat penting dalam peningkatan kapasitas serta kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Wikan Sakarinto mengatakan, saat ini, koneksi antara keduanya belum begitu optimal.
Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah penguatan konsep link and match kepada pelaku industri. Menurut dia, konsep link and match ini terdiri dari delapan standar. Pertama, kurikulum disusun bersama. Wikan mengaku, kurikulum akan di refom agar lebih berat pada pembentukan karakter dan soft skill dari pada hard skill. "Hard skill dan produktif iya, tetapi kita dikeluhkan, karena lulusan kita kurang komunikasi, kurang mampu menghadapi tekanan dunia kerja, kita akan fokuskan kalau kita menyusun kurikulum bersama dengan industri itu soft skill karakternya kuat, hard skill akan otomatis kuat," ucap dia dalam keterangan resminya, Sabtu (17/07).
Menurut dia, konsep link and match ini terdiri dari delapan standar. Pertama, kurikulum disusun bersama.
Wikan mengaku, kurikulum akan di refom agar lebih berat pada pembentukan karakter dan soft skill dari pada hard skill.
"Hard skill dan produktif iya, tetapi kita dikeluhkan, karena lulusan kita kurang komunikasi, kurang mampu menghadapi tekanan dunia kerja, kita akan fokuskan kalau kita menyusun kurikulum bersama dengan industri itu soft skill karakternya kuat, hard skill akan otomatis kuat," ucap dia dalam keterangan resminya, Sabtu (17/07).
Baca Juga: Kuota Internet Gratis Kemendikbud Mulai 7GB hingga 15 GB per Bulan, Cek melalui Link Berikut Ini
Kedua, kata dia, pembelajaran berbasis project riil dari dunia kerja (PBL). Tujuannya adalah untuk memastikan hard skill akan disertai soft skill dan karakter yang kuat.
Ketiga, jumlah dan peran guru, dosen, instruktur dari industri dan ahli dari dunia kerja, ditingkatkan secara signifikan sampai minimal mencapai 50 jam per semester, per program studi.
"Jadi, dosen-dosen dari Kadin harus rutin kita hadirkan di kelas. Sejak semester satu, anak-anak kita sudah diekspos dengan kondisi nyata," tambah Wikan.