"Harus ada Venture Readiness Level (VRL). Jadi kita harus punya kesiapan mitra industri yang nanti memproduksi masal. Karena kalau kampus atau SMK diminta untuk memproduksi massal itu ya salah," kata dia.
Kampus vokasi atau sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah pabrik ide atau pabrik prototype dan dilahirkan bersama dengan industri.
Baru setelah itu Tehnical Readiness Level (TRL). Ini dipublikasikan setelah produk sudah jadi.
“Di HAKI, paten, atau produk register itu boleh dipublikasikan. Tapi jangan sampai mindset kita untuk melakukan link and match tadi hanya administratif," tutur Wikan.
Terakhir, komitmen serapan lulusan, oleh dunia kerja (bukan mengharuskan, tapi komitmen kuat).
“Jadi ada link and match antara pendidikan vokasi dan industri. Minimal delapan standar ini harus dilakukan kalau kita benar-benar ingin punya kualitas," tukas Wikan. (*)