Pada Minggu (18/10/2020), Gubernur Bank Sentral China Yi Gang mengatakan, diprediksi akan terjadi pertumbuhan tahunan kurang lebih 2 persen.
"Ekonomi China tetap bertahan dengan pontesi besarnya. Pemulihan terus diantisipasi, yang akan bermanfaat bagi pemulihan global," kata dia.
China sendiri diperkirakan menjadi negara G20 satu-satunya yang mengalami pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), ekonomi global diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 4,4 persen, penurunan paling tajam sejak Great Depression.
Sementara, data pada hari Senin (19/10/2020) menunjukkan bahwa produksi industri China di bulan September meningkat 6,9 persen dibanding waktu yang sama di tahun sebelumnya.
Selain itu, penjualan ritel naik 3,3 persen dan penjualan mobil juga meningkat 12,8 persen.
Pengeluaran konsumen juga mengalami peningkatan kembali, ditunjukkan dengan bangkitnya aktivitas pariwisata selama hari libur umum satu minggu di bulan Oktober atau yang disebut Golden Week.
Melansir New York Times, Senin (19/10/2020), pemulihan ekonomi China ini juga bergantung pada investasi besar di jalan tol, kereta berkecepatan tinggi, dan infrastruktur lain.
Akan tetapi, pulihnya perekonomian China juga membawa sejumlah risiko, terutama dengan peningkatan utang secara keseluruhan tahun ini.