GridStar.id - Pemerintah China menjadi salah satu negara yang paling disoroti.Kali ini, salah satu suku di negara Tirai Bambu itu disoroti dunia.Etnis Uighur di China disebut dapat perlakuan beda dari pemerintah.
Baca Juga: Bantu 2 Miliar Dollar AS, China Putuskan Bergabung dalam Distribusi Vaksin Covid-19 secara Global: Kami Utamakan Negara BerkembangBahkan pemerintahan Xi Jinping kini dikecam setidaknya oleh 39 Negara.Hal itu lantaran perlakuan tak manusiawi yang dilakukan oleh pemerintah China pada etnis muslim Uighur di sebuah daerah bernama Xinjiang.Baru-baru ini beberapa analisis yang dilakukan oleh seorang peneliti menemukan akibat dari kekejaman pemerintah China pada etnis Uighur.Baca Juga: Tambah Daftar Pekerja Asing, di Tengah Pandemi Covid-19 150 TKA China Baru Masuk ke Kepulauan Riau untuk Garap Proyek PLTU
Seorang peneliti bernama Adrian Zenz mengungkapkan lebih 9.500 anak harus terlantar.Di salah satu daerah bernama Yarkand yang mayoritas dihuni oleh etnis Uighur, ribuan anak harus terlantar tak diasuh orang tua mereka.Hal tersebut lantaran kekejaman yang dilakukan pada para orang tua dari anak-anak tersebut yang dilakukan oleh pemerintah China.
Baca Juga: Kabar Baik! China Pastikan Produksi 1 Miliar Vaksin Covid-19 di Tahun 2021, Berakhirnya Pandemi Semakin DekatMelansir dari The Guardian, (16/10) data menunjukkan semua anak di kota tersebut harus berpisah setidaknya dengan salah satu orang tuanya lantaran ditahan oleh pemerintah China.Orang tua dari bocah-bocah malang tersebut kini harus mendekam di sebuah pusat penahanan yang juga disebut sebagai pusat pendidikan ulang.Zenz mengatakan, "Strategi Beijing untuk menundukkan minoritas yang tidak patuh sedang bergeser dari penahanan ke mekanisme kontrol sosial jangka panjang. Di garis depan upaya ini adalah perebutan hati dan pikiran generasi selanjutnya."Baca Juga: Kualitas Masker yang Dikirim Sangat Baik, Kim Jong Un Curiga Barang Itu Berasal dari Korea Selatan Hingga Pilih Kembalikan ke China
Oleh penahanan tersebut hampir semua anak di kota Yarkand harus ditempatkan di panti asuhan negara atau sekolah asrama dengan keamanan tingkat tinggi.Hampir semua kelas dan interaksi harus menggunakan bahasa Mandarian, bukan Uighur.Menurut penelitian Zenz, ada total 880.500 anak yang hidup di fasilitas asrama pada tahun 2019.
Baca Juga: Negaranya disebut Jadi Biang Keladi Pandemi Covid-19 hingga Buat Indonesia Kelimpungan, Tiba-tiba 450 TKA China Datang di Bintan untuk BekerjaJumlah itupun disebut meningkat sebesar 76 persen sejak tahun 2017 karena sistem penahanan China diperluas.Dampak penahanan terhadap anak-anak dan struktur keluarga menjadi salah satu aspek yang kurang diperhatikan dalam kebijakan China di Xinjiang.Laporan saksi yang berada di luar China menunjukkan adanya hal yang disebut para pakar sebagai kebijakan sistematis pemisahan keluarga.
Menurut Economist yang pertama menerbitkan temuan Zenz, jika jumlah dari daerah Yarkand diekstrapolasi ke seluruh Xinjiang, jumlah anak di bawah umur 15 tahun yang salah satu atau kedua orangtuanya ditahan bisa mencapai 250.000.Bahkan ada beberapa kasus dimana anak-anak di kota tersebut harus terpisah dari kedua orang tuanya dan bahkan dengan saudaranya lantaran ditempatkan di panti asuhan.Sedang orang tuanya harus menjalani masa tahanan lantaran mereka dianggap bersalah oleh pemerintah China.
Baca Juga: Para PSK di China Gunakan Belut Demi Dianggap Masih Perawan untuk Dapatkan Segepok Uang, Kok Bisa?Sementara itu, sebelumnya China juga menjadi sorotan publik dunia setelah isu mengenai penghancuran ribuan masjid dilakukan oleh pemerintahan Xi Jinping.Sebuah lembaga think tank (wadah pemikir) Australia pada Jumat, (25/09), mengatakan pihak berwenang China telah menghancurkan ribuan masjid di Xinjiang.Kelompok hak asasi mengatakan ada lebih dari 1 juta etnis Uighur dan etnis Muslim berbahasa Turki lainnya yang ditawan di kamp penahanan di wilayah barat laut tersebut.Baca Juga: Ilmuwan Hongkong yang Jadi Buronan Pemerintah China Buktikan Virus Corona Sesungguhnya Buatan Manusia, Begini Pengakuannya!
Dilansir dari Channel News Asia, (25/09), mereka ditekan agar menghentikan aktivitas tradisional dan keagamaan.Ada sekitar 16.000 masjid yang telah dihancurkan atau dirusak, menurut laporan Australian Strategic Policy Institute (ASPI).Laporan itu menyebut mayoritas penghancuran terjadi dalam tiga tahun terakhir dan diperkirakan ada 8.500 masjid yang telah hancur sepenuhnya, dan ada lebih banyak kerusakan di luar pusat Kota Urumqi dan Kashgar.
Baca Juga: Ilmuwan Hongkong yang Jadi Buronan Pemerintah China Buktikan Virus Corona Sesungguhnya Buatan Manusia, Begini Pengakuannya!Banyak masjid yang lolos dari penghancuran disingkirkan kubah dan menaranya, menurut laporan itu.Diperkirakan ada kurang dari 15.500 masjid (utuh dan rusak) yang masih berdiri di Xinjiang.Jika benar, jumlah tersebut menjadi jumlah masjid paling sedikit di Xinjiang sejak dekade pergolakan nasional yang dipicu oleh Revolusi Kebudayaan.
Baca Juga: Para PSK di China Gunakan Belut Demi Dianggap Masih Perawan untuk Dapatkan Segepok Uang, Kok Bisa?Melansir dari AFP bahkan pada tahun lalu mendapati puluhan makam di wilayah tersebut telah dihancurkan.Hal tersebut membuat sisa-sisa kerangka manusia dan batu bata dari makam yang rusak tersebar ke seluruh tempat.Namun pemberitaan tersebut dibantah langsung oleh pemerintah China dengan mengatakan pemerintahan mendukung penuh kebebasan beragama.Bahkan, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada pekan lalu mengatakan ada sekitar 24.000 masjid di Xinjiang, jumlah masjid per orang yang "lebih tinggi daripada di banyak negara Muslim". (*)Artikel ini telah tayang di Sosok.id yang berjudul Kekejaman China Terbongkar Lagi, Lebih dari 95.000 anak atau Semua Anak Etnis Muslim Uighur di Kota Ini Harus Terlantar, Ternyata Ini Penyebabnya!