Hal senada ditulis Gulf News, Selasa (06/10), menurut penelitian dari Duke University, University of Sao Paolo, Federal University of Paraiba, dan Oswaldo Cruz Foundation menemukan semakin tinggi kasus DBD masa lalu yang tercatat di lokasi geografis tertentu, semakin rendah jumlah kasus Covid-19.
Ini dikonfirmasi dengan identifikasi korelasi negatif yang signifikan antara kejadian Covid-19, tingkat pertumbuhan infeksi, dan kematian dengan persentase orang dengan tingkat antibodi (IgM) untuk demam berdarah di masing-masing negara bagian.
Penelitian ini diterbitkan 21 September 2020 di Medrxiv.
Mereka meneliti data terutama dari Brasil, daerah yang terdapat tingkat kasus demam berdarah tinggi baik dulu maupun sekarang.
Penelitian difokuskan pada bagaimana kota-kota dengan penyebaran virus corona yang tinggi, jalan raya, ketersediaan tempat tidur rumah sakit, dan demam berdarah memengaruhi epidemi Covid-19 di Brasil.
Para peneliti menemukan bahwa lebih dari 3,5 juta kasus demam berdarah tercatat dari Januari 2019 hingga Juli 2020.
Daerah-daerah di Brasil yang memiliki insiden demam berdarah tinggi pada 2019-2020 adalah Parana, Santa Catarina, Rio Grande do Sul, Mato Grosso do Sul, dan Minas Gerais.
Di negara-negara bagian itu peneliti menemukan Covid-19 membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai tingkat penularan komunitas yang tinggi.
Hal itu berbeda dengan daerah-daerah yang kasus demam berdarahnya rendah seperti Amapa, Maranhao, dan Para.
Baca Juga: Pemilik Rumah Produksi dan Produser Raam Punjabi dan Raakhee Punjabi Dikabarkan Positif Covid 19