Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sudah 7 Bulan Indonesia Didera Pandemi Covid-19, Sri Mulyani Sudah Wanti-Wanti September Bakal Resesi, Ekonom Ramalkan: Tren Orang Miskin Baru Naik

Tiur Kartikawati Renata Sari - Kamis, 24 September 2020 | 12:02
Sudah 7 Bulan Indonesia Didera Pandemi Covid-19, Sri Mulyani Sudah Wanti-Wanti September Bakal Resesi, Ekonom Ramalkan: Tren Orang Miskin Baru Naik
Kompas.com

Sudah 7 Bulan Indonesia Didera Pandemi Covid-19, Sri Mulyani Sudah Wanti-Wanti September Bakal Resesi, Ekonom Ramalkan: Tren Orang Miskin Baru Naik

GridStar.ID - Bak petir di siang bolong, kini Indonesia tengah dibayangi resesi ekonomi.

Sudah 7 bulan lamanya Indonesia dikungkung dengan pandemi covdi-19.

Kini, giliran ekonomi Indonesia terpuruk hingga disebut Menteri Keuangan Sri Mulyani mengalami resesi pada kuartal III-2020.

Baca Juga: Bak Ketiban Durian Runtuh, PNS Bakal Dapat Tunjangan Lagi, Menteri Sri Mulyani Baru Saja Sahkan Bantuan Pulsa untuk ASN, Apa Saja Kriterianya?

Menurutnya, Indoensia akan mengalami kontraksi hingga minus 2,9 persen hingga 1,1 persen.

Melansir dari Kompas.com, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III akan berada di kisaran minus 2,9 persen hingga 1,1 persen.

Angka tersebut lebih dalam jika dibandingkan dengan proyeksi awalnya, yakni sebesar minus 2,1 persen hingga 0 persen.

Baca Juga: Angin Segar Untuk PNS! Sri Mulyani Ungkap Kebijakan Baru, PNS Akan Mendapat Uang Pulsa Hingga Rp 400 Ribu per Bulan

Adapun keseluruhan, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun akan berada di kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.

Adanya hal tersebut maka tak menutup kemungkinan resesi ekonomi di Indonesia akan terjadi.

Dampak resesi ekonomi

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan resesi ekonomi juga dapat diartikan sebagai tekanan dalam ekonomi baik pada sektor keuangan maupun sektor riil.

Baca Juga: Kabar Baik! Kini Sri Mulyani Menyebutkan Akan Ada Subsidi Gaji Untuk Para Guru Honorer

Munculnya resesi ekonomi, biasanya ditandai dengan sejumlah hal. Misalnya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) akan berlanjut dan semakin merata di hampir semua sektor pekerjaan.

"Mau perdagangan, transportasi, properti, sampai ke industri akan melakukan efisiensi pekerja untuk tekan biaya operasional," kata Bhima pada, Rabu (23/9/2020).

Hingga akhir tahun ini, Bhima meramalkan, akan ada 15 juta pekerja yang terkena imbas sehingga harus di-PHK oleh perusahaannya.

Baca Juga: Sri Mulyani Blak-blakan Singgung Menteri Baru yang Belum Berpengalaman Tangani Dana Covid-19, Bendahara Negara: Menyiram Uang ke Masyarakat, Tak Seperti Menyiram Toilet!

Termasuk di antaranya startup yang namanya belakangan sedang melambung, juga akan berguguran.

Tak hanya itu, daya beli masyarakat juga akan menurun karena kehilangan pendapatan.

"Dan itu berpengaruh ke naiknya orang miskin baru. Pastinya, angka kriminalitas juga meningkat," lanjut Bhima.

Baca Juga: Pantas Jadi Menantu Idaman, Gaji ke-13 Baru Saja Turun, Bendahara Negara Sudah Umumkan Soal THR dan Tunjangan Kinerja Dibayar Penuh di Tahun 2021!

Melansir Forbes (15/7/2020), resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Selama resesi, ekonomi berjuang, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.

Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami:

Baca Juga: Kabar Gembira! Dana Baru Saja Cair, Sri Mulyani Kembali Umumkan THR dan Gaji Ke-13 Tahun Depan Akan Diberikan Secara Penuh

1. produk domestik bruto (PDB) negatif,

2. meningkatnya tingkat pengangguran,

3. penurunan penjualan ritel,

4. ukuran pendapatan menurun,

5. manufaktur yang berkontraksi untuk periode waktu yang panjang. (*)

Source : kompas

Editor : Grid Star

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x