Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

9 Tahun Jadi Tukang Pijat Demi Sambung Hidup, Nurmiyanti Pernah Tak Dibayar Hingga Teteskan Air Mata Karena Ban Sepeda Kempis Saat Pulang Dini Hari: Saya Ikhlas

Yunus - Sabtu, 08 Agustus 2020 | 12:15
Agar bisa menyambung hidup dan membiayai anaknya sekolah, Nurmiyanti tak lelah jadi tukang pijat keliling.
KOMPAS.COM

Agar bisa menyambung hidup dan membiayai anaknya sekolah, Nurmiyanti tak lelah jadi tukang pijat keliling.

GridStar.ID – Demi menyambung hidup, apapun bisa dilakukan.

Seperti yang dilakukan Nurmiyanti (43), yang sudah 9 tahun jadi tukang pijat.

Selama itu pula, banyak pengalaman pahit yang dialami, di antaranya pernah tak dibayar dan ban sepeda kempis saat pulang dini hari.

Baca Juga: Usai Mengaku Tak Terima Bantuan, Suami dari Istri Penderita Kanker Minta Maaf dan Meralat Pernyataannya: Uangnya Sudah Saya Belanjakan Semua

Seperti dilansir dari Kompas.com, Nurmiyanti, warga asal Jalan S Parman, Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan ini jadi tukang pijit keliling demi membiayai anak-anak bersekolah.

Sejak bercerai dengan suaminya, peran Nurmiyanti kini bertambah, dia harus menjadi ibu sekaligus ayah.

Nurmiyanti melakoni pekerjaan jadi tukang pijat sudah sembilan tahun sejak tahun 2012.

Baca Juga: Dikarantina Sebulan, Ibu Tinggalkan Anak dan Hanya Bekali Uang Rp500.000, Serta Nyaris Tak Terima Bantuan, Sang Adik: Kakak Saya Janda, Punya Anak Lima

Dia mencari pelanggan dengan berkeliling mengayuh sepeda dari rumah ke rumah, meski lutut kanan tidak bisa berfungsi dengan normal.

Menjadi tukang pijit adalah jalan satu-satunya Nurmayanti agar ketiga anaknya bisa menggapai cita-cita.

"Berharap anak-anak bisa mencapai cita-citanya. Cukup saya yang menjadi tukang pijat," kata Nurmiyanti saat diwawancarai Sabtu (8/8).

Baca Juga: Gali Lubang Tutup Lubang Guna Bayar Hutang Rp40 Juta, Dede Sunandar Minta Bantuan Sule, Tak Disangka sang Komedian Pinjami Uang dengan Syarat Ini: Tega Amat Sih Pak!

Nurmiyanti mengungkapkan, dia pernah meneteskan air mata karena ban sepeda bekas itu kempis di tengah jalan.

"Jadwal memijat tidak menentu, pernah pulang sekitar pukul 01.00 WITA. Saat itu ban sepeda kempis. Hanya bisa menangis sambari menghubungi sepupu untuk datang menjemput," tuturnya.

Tak hanya itu, cobaan lain ketika memijat, ada orang yang tidak membayar.

Baca Juga: Dosen ITB Sampai Rela Bermalam di Masjid Lantaran Dicibir Habis-habisan karena Ciptakan Ventilator, Kini Dapat Dana Bantuan Rp10 Miliar

"Pernah ada saya pijat tapi tidak bayar. Padahal banyak uangnya itu orang, tapi memang tidak mau membayar. Saya ikhlas meski tidak diberikan uang. Dan, yakin akan ada rezeki yang lain," tuturnya.

Padahal Nurmiyanti saat memijat tidak mengenakan tarif, seikhlasnya.

Sementara dia memijat memakan waktu satu sampai dua jam. Kadang dia diberi upah Rp10.000 sampai Rp50.000.

Baca Juga: Salut! Meski Sudah Tua, Nenek Berusia 67 Tahun Tanda Tangani Pernyataan Menolak BLT yang Diberikan Kepadanya, Penyebabnya Bikin Warga Terharu

Perempuan yatim itu kini numpang tinggal di rumah orangtua bersama anak pertamanya.

Sementara kedua anaknya ada yang bersekolah di madrasah aliyah setingkat SMA dan mondok di Pesantren Babussalam Selayar.

Nurmiyanti sampai saat ini terus bekerja keras untuk membiayai sekolah anak-anak dan membeli tanah untuk rumah.

Baca Juga: Tak Bisa Berjualan Pentol Karena Pandemi Corona, Demi Bisa Beli Beras Pria Ini Menangis dan Menjual Harta Berharganya: Ya Hanya Blender

"Semoga nanti ada rezeki bisa beli tanah. Nanti akan buat rumah sendiri, biar gubuk kecil tapi tidak apa -apa," tuturnya.

Dalam sehari, dia kadang mendatangi lima orang untuk dipijat.

Namun Nurmiyanti tidak mengetahui apa alasan mereka menyukai cara memijatnya, padahal di Selayar banyak tukang pijat.

Baca Juga: Bak Tebal Muka, Ibu-Ibu Penerima Bansos Kepergok Bima Arya Asyik Habiskan Uang Bantuan untuk Belanja Baju Lebaran di Pasar, Wali Kota Bogor: Prihatin Dulu...

Hingga saat ini pelanggan Nurmiyanti semakin banyak, mulai dari pejabat, dokter dan warga.

Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, sebelumnya dia pernah berkerja di tempat laundry, jadi tukang cuci doortodoor dan perias pengantin. Bahkan dia pernah berjualan roti goreng keliling.

Nurmiyanti berharap agar dia tetap sehat, supaya bisa terus bekerja demi menghidup keluarganya.

Baca Juga: Bantuan Sosial yang Dinantikan Tak Kunjung Cair? Ini Cara Untuk Ketahui Data Penerima Bantuan Secara Online

Dia juga bersyukur karena mendapat bantuan sembako dari pemerintah.

Dihubungi terpisah, Koordinator PKH Kabupaten Kepulauan Selayar, Usman Nur mengatakan bahwa Nurmiyanti mendapat bantuan PKH dan bantuan pangan non tunai (BPNT) sejak bulan Juli 2020.

"Ada pun bantuan PKH berupa uang Rp120.000 dan bantuan BPNT beras 10 kilogram. Bantuan ini akan diterima setiap bulan," kata Usman.

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judulPerjuangan Nurmiyanti Jadi Tukang Pijat demi Sekolah Anak, Pulang Dini Hari hingga Pernah Tak Dibayar.(*)

Source :Kompas.com

Editor : Grid Star

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x