Nurmiyanti mengungkapkan, dia pernah meneteskan air mata karena ban sepeda bekas itu kempis di tengah jalan.
"Jadwal memijat tidak menentu, pernah pulang sekitar pukul 01.00 WITA. Saat itu ban sepeda kempis. Hanya bisa menangis sambari menghubungi sepupu untuk datang menjemput," tuturnya.
Tak hanya itu, cobaan lain ketika memijat, ada orang yang tidak membayar.
"Pernah ada saya pijat tapi tidak bayar. Padahal banyak uangnya itu orang, tapi memang tidak mau membayar. Saya ikhlas meski tidak diberikan uang. Dan, yakin akan ada rezeki yang lain," tuturnya.
Padahal Nurmiyanti saat memijat tidak mengenakan tarif, seikhlasnya.
Sementara dia memijat memakan waktu satu sampai dua jam. Kadang dia diberi upah Rp10.000 sampai Rp50.000.
Perempuan yatim itu kini numpang tinggal di rumah orangtua bersama anak pertamanya.
Sementara kedua anaknya ada yang bersekolah di madrasah aliyah setingkat SMA dan mondok di Pesantren Babussalam Selayar.
Nurmiyanti sampai saat ini terus bekerja keras untuk membiayai sekolah anak-anak dan membeli tanah untuk rumah.