Namun demikian, sebagian orang berpendapat, berdasarkan pada hukum fisika, face shield kemungkinan juga bisa melindungi orang lain.
Sebab, segala sesuatu yang keluar dari mulut kita akan bergerak maju dan tentunya akan mengenai material plastik yang ada di depan kita.
"Menurut mereka secara fisik tidak bisa dilalui," kata Eli Perencevich, M.D. Eli Perencevich adalah Profesor Penyakit Dalam dan Epidemiologi di University of Iowa Carver College of Medicine, yang pada bulan April menerbitkan komentar di JAMA tentang dukungan terhadap face shield.
Perencevich dan rekan-rekannya kini tengah mendesain penelitian untuk menemukan jawaban atas masalah tersebut. Namun kelanjutan penelitian tersebut masih terbentur dana.
Beberapa orang skeptis terhadap face shield karena terbuka pada bagian sisi dan bawah. Meski mungkin sebenarnya celah ini mungkin tidak akan menimbulkan banyak masalah.
Penelitian menunjukkan, Covid-19 umumnya menyebar melalui tetesan ( droplet) yang keluar dari mulut atau hidung seseorang. Droplet tersebut ditarik ke bawah oleh gravitasi dalam jarak sekitar dua meter.
Sementara face shield diyakini mampu mencegah tetesan tersebut mengenai wajah seseorang, karena terlebih dahulu mengenai material plastik di depan wajah.
Untuk bisa masuk melalui celah face shield, virus perlu berlama-lama di udara dalam partikel yang lebih kecil yang dikenal sebagai aerosol, dan akhirnya berkelok-kelok masuk melalui sisi face shield.
Namun, menurut Ahli Epidemiologi Penyakit Menular dari University of Toronto, David Fisman, M.D., pola penyebaran Covid-19 menunjukkan aerosol adalah hal yang tidak biasa.