GridStar.ID-Virus corona atau covid-19 saat ini merupakan kejadian luar biasa bagi dunia.
Pasalnya virus yang disebut-sebut berasal dari pasar hewan liar di Kota Wuhan, China ini telah menginfeksi hampir ke seluruh negara-negara di penjuru dunia.
Bahkan di Indonesia hingga hari ini, kasus positif Covid-19 sudah mencapai angka 17 ribu pasien.
Tak heran, jika kelonjakkan kasus tersebut membuat para tenaga medis kewalahan.
Hal tersebut dikarenakan jumlah pasien tak sebanding dengan jumlah tenaga medis yang ada.
Baru-baru ini media sosial diramaikan dengan tagar #IndonesiaTerserah dan #Suka2KalianSaja.
tenaga medisBaca Juga: Berjuang di Garda Terdepan, Tenaga Medis Menangis Mendapat Perlakuan Begini Dari KSAD Jendral Andika Perkasa, sang Istri pun Tak Bisa Menahan Air Mata: Saya Ingin Memeluk
Bahkan di Twitter kedua tagar tersebut menjadi trending pada Minggu (17/05).
Warganet dibuat bertanya-tanya dengan maksud dari kedua tagar tersebut.
Apakah ada kaitannya dengan wabah corona yang tengah melanda di Indonesia? Atau bahkan para dokter dan tenaga medis sudah menyerah?
Seperti yang dikutip dari Kompas.com, Salah satu yang ikut mengunggah tagar Indonesia Terserah adalah dr Tirta.
Unggahan foto tenaga medis dengan tulisan " Indonesia Terserah" ramai di media sosial baru-baru ini.
Seperti di media sosial Twitter, sejak Jumat (15/05) hingga Sabtu (16/05), tagar #indonesiaterserah menjadi trending.
Selain unggahan di atas, influencer dr. Tirta Mandira Hudhi juga membuat postingan terkait hal serupa.
Penjelasan psikolog
Guru Besar Psikologi Sosial UGM Prof Faturochman menjelaskan tulisan "Indonesia Terserah" yang ramai di media sosial tersebut, meskipun bernada menyerah, sebenarnya para tenaga medis tidak menyerah.
"Itu protes, jadi bukan menyerah," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (16/05).
Faturochman mengatakan para tenaga medis tidak mungkin menyerah, karena mereka imbuhnya sudah disumpah.
Saat ini, yang terjadi yakni kekhawatiran di dunia medis.
Pasalnya dengan adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) artinya peluang penyebaran virus corona dapat meningkat lagi.
Pelonggaran itu kentara terlihat pada sektor transportasi, yakni dengan kemudahan sejumlah akses transportasi, mulai dari darat dengan operasional bus AKAP, kereta api hingga pesawat terbang.
Beban semakin berat
Kekhawatiran tersebut jelas terlihat, seperti saat berjubelnya penumpang di terminal 2 bandara Soekarno-Hatta baru-baru ini.
"Dengan PSBB yang tidak seketat lockdown pun kasus masih ada terus. Apalagi jika dilonggarkan. Beban tenaga medis akan makin berat," terangnya.
Selain itu, Faturochman menjelaskan di awal pandemi yang terjadi yakni para tenaga medis kekurangan APD, pengetahuan tentang Covid-19, obat-obatan, dan sebagainya.
Sehingga dari awal mereka ingin masyarakat di rumah saja. Tetapi apa yang terjadi saat ini, melihat kondisi sekarang, sepertinya mereka kecewa.
"Sudah sejak lama rumah sakit tidak bisa menampung pasien baru. Hingga ada orang-orang yang disarankan untuk isolasi mandiri," kata dia.
"Jika ditambah lagi, para tenaga medis akan sangat kewalahan. Jadi mereka protes," imbuhnya.
Faturochman melihat, para tenaga medis protes kepada dua pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat.
Kepada pemerintah mengenai kebijakan yang dibuat. Menurutnya kebijakan PSBB belum ditegakkan di lapangan.
"Jelas harus mempertegas dan implementasinya. Kalau saya lihat di kalangan pengambil kebijakan dan implementer di lapangan juga terbelah dua," katanya.
Di satu sisi, ada yang mengutamakan kesehatan dan satunya ekonomi. Mereka yang mementingkan ekonomi ini melonggarkan kebijakan. Sebaiknya ada win-win solution. Menurut Faturochman, PSBB tetap harus dijalankan, dipertegas, dan ada dukungan semua pihak.
Pemerintah juga perlu memikirkan bagaimana kebutuhan pokok didistribusikan. Daya beli masyarakat juga perlu dipikirkan. (*)