Follow Us

Mengerikan! Tempat Ini Dijuluki Kota Mayat, Tercatat 6700 Kematian dalam 2 Pekan Akibat Virus Corona, Mayat-Mayat Berserakan di Jalanan Lantaran Sudah Tak Ada Lagi Lahan untuk Menguburnya

Nadia Fairuz Ikbar - Selasa, 21 April 2020 | 10:30
Mengerikan! Tempat Ini Dijuluki Kota Mayat, Tercatat 6700 Kematian dalam 2 Minggu Akibat Virus Corona, Mayat-Mayat Berserakan di Jalanan Lantaran Sudah Tak Ada Lagi Lahan untuk Menguburnya
BBC News

Mengerikan! Tempat Ini Dijuluki Kota Mayat, Tercatat 6700 Kematian dalam 2 Minggu Akibat Virus Corona, Mayat-Mayat Berserakan di Jalanan Lantaran Sudah Tak Ada Lagi Lahan untuk Menguburnya

GridStar.ID - Virus corona atau yang juga dikenal dengan Covid-19 saat ini terus menjadi pandemi yang menakutkan bagi dunia.

Virus yang disebut-sebut berasal dari Kota Wuhan, China tercatat sudah menginfeksi lebih dari jutaan orang di hampir 200 negara.

Belum ada yang tahu pasti kapan wabah ini akan berakhir.

Baca Juga: Jangan Kena Hoax! Senjata Biologi, Permainan Pemerintah, hingga Teknologi 5G, Ini Sederet Teori Konspirasi Populer Virus Corona yang Menyesatkan!

Bahkan angka kematian yang disebabkannya pun kian hari kian meningkat.

Seperti yang baru-baru ini terjadi di Negara Bagian Amerika Latin, Ekuador.

Melansir dari Bangka Pos, sejak awal April, Kota Guayaquil, Guayas, kota terbesar di Ekuador, disebut kota mayat, karena jasad pasien Covid-19 berserak di jalanan.

Baca Juga: Kabar Gembira Datang Dari China, Ternyata Telah Miliki Bakal Vaksin Virus Corona, Sudah Ada 3 Perusahaan yang Kembangkan Vaksin Covid-19!

Pemerintah kota kewalahan menguburkan mayat-mayat hingga Pemerintah Federal Ekuador turun tangan.

Awalnya Ekuador hanya mengklaim angka kematian Covid-19 hanya di angka 400-an, sebagian besar di Guayaquil.

Kini setelah angka resmi mengenai korban wabah dicek silang dan dicermati, fakta yang muncul sungguh mencengangkan.

Baca Juga: Alih-Alih Edukasi Soal Virus Corona ke Masyarakat, Ibas Yudhoyono Justru Kena Hujat Netizen karena Unggah Foto Ini

Source : bangka pos, BBC News

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Baca Lainnya

Latest