Kerusakan ekosistem yang dilakukan manusia, membawa kita lebih dekat dengan satwa liar daripada sebelumnya.
Padahal, ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati itu mengandung virus unik.
"Ketika kita menghancurkan hutan tropis, menggantikannya dengan desa, pertambangan, membunuh atau menangkap hewan liar untuk dimakan, kita membuka diri terhadap virus-virus itu," ungkap David Quammen, penulis buku Spillover: Animal Infections and the Next Human Pandemic.
Sementara itu kita belum banyak tahu, hewan mana saja yang berpotensi menjadi reservoir patogen.
Padahal, begitu patogen membuat lompatan dari hewan ke manusia, kapasitas untuk menyebar secara global akan sangat cepat.
Sebelumnya, dunia telah berhadapan dengan penyakit zoonosis lainnya, seperti HIV, Ebola, SARS, MERS, dan Zika.
Beberapa di antaranya diduga muncul akibat konsumsi daging hewan liar.
"Di pasar Wuhan, misalnya. Ada sejumlah spesies eksotis yang hidup di dalam kandang, semuanya berdekatan satu sama lain, termasuk manusia, dengan cara yang tidak akan pernah Anda temukan di habitat alami," tambah Dr Samuel Myers, ilmuwan dari Departemen Kesehatan Lingkungan Harvard.
Untuk itu, perlu adanya kebijakan yang melindungi alam dan mengatur atau melarang perdagangan satwa liar.