GridStar.ID - Beberapa waktu lalu, pemerintah mengumumkan telah memesan sebanyak 5 juta obat virus corona yang telah digunakan di China dan Jepang.
Dua obat ini merupakan Avigan dan Klorokuin yang diklaim bisa membantu proses penyembuhan pasien covid-19.
Hal ini diungkap langsung oleh Jokowi pada Jumat, (20/03).
"Yaitu Avigan, kita telah mendatangkan 5 ribu yang akan kita coba dan dalam proses pemesanan 2 juta."
"Yang kedua klorokuin, ini kita telah siap 3 juta," tutur Presiden saat konferensi pers seperti dilansir dari Surya.co.id.
Diketahui, obat antivirus Avigan telah menunjukkan hasil positif dalam uji klinis yang melibatkan 340 penderita di Wuhan dan Shenzhen.
"Obat ini memiliki tingkat keamanan yang terbukti tinggi dan jelas efektif untuk digunakan (melawan virus corona)," ucap Zhang Xinmin, dari Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, seperti dilaporkan The Guardian, Selasa (17/03).
Obat antivirus yang dikembangkan oleh Fujifilm Toyama Chemical itu diproduksi oleh Zheijang Hisun Pharmaceutical untuk mengobati virus influenza.
obat antivirus bernama Favipiravir atau Avigan itu menunjukkan hasil positif dalam uji klinis yang melibatkan 340 orang di Wuhan dan Shenzhen.
"Obat ini memiliki tingkat keamanan yang terbukti tinggi dan jelas efektif untuk digunakan (melawan virus corona)," ucap Zhang Xinmin, dari Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, seperti dilaporkan The Guardian, Selasa (17/03).
Obat antivirus yang dikembangkan oleh Fujifilm Toyama Chemical itu diproduksi oleh Zheijang Hisun Pharmaceutical untuk mengobati virus influenza.
Kondisi paru-paru (ditunjukkan sinar-X) memperlihatkan adanya perbedaan besar antara pasien Covid-19 yang mengonsumsi Avigan dan tidak.
Pada pasien yang mengonsumsi obat Avigan, tampak kondisi paru-paru meningkat sekitar 91 persen. Sedangkan yang tidak mengonsumsi obat Avigan, kualitas paru-paru meningkat hanya 62 persen.
Dilansir Live Science, Kamis (19/03), obat Avigan secara khusus dibuat untuk mengobati virus RNA seperti SARS-CoV-2.
SARS-CoV-2 adalah virus yang materi genetik utamanya RNA, bukan DNA.
Obat ini menghentikan beberapa virus dari replikasi dengan melumpuhkan enzim (zat yang menyebabkan reaksi kimia) yang disebut RNA polimerase, yang membangun RNA.
Menurut artikel yang membahas obat Avigan pada 2017 dan terbit di jurnal Proceedings of Japan Academy, Ser. B, Physical and Biological Science, tertulis bahwa tanpa adanya enzim utuh, virus tidak dapat menggandakan materi genetik secara efisien di dalam sel inang.
Meski demikian, ahli menemukan bahwa obat ini kurang efektif jika diberikan pada pasien yang memiliki gejala berat.
Di Jepang, obat Avigan memang diresepkan bagi pasien Covid-19 yang memiliki gejala ringan hingga sedang. (*)