Tanggal 26 Januari, saya demam tinggi sampai 39 derajat celcius. Saya batuk berat sampai perut terasa sakit dan punggung sakit. Ini adalah hari terburuk dalam hidup saya. Hasil laporan mengatakan bahwa situasi dapat memburuk dengan cepat pada tahap pertengahan.
Namun, di sore hari demamnya menghilang. Saya merasa seperti sudah ke neraka dan kembali lagi. Pada saat penyakit saya memburuk, saya mencari cara untuk mengembalikan semangat.
Saat itu saya menonton film anime favorit dan sebenarnya saya berencana ke Jepang pada pertengahan Februari untuk nonton konser penyanyi dan artist anime Ayaka Ohashi. Menonton tayangan anime itu sangat membuat saya bersemangat untuk sembuh karena saya ingin kelak bisa menonton konsernya lagi.
Sekitar tanggal 28 saya dicek lagi dan kondisi kedua paru saya membaik. Kakak laki-laki saya mulai mengalami demam dan batuk tanggal 29 Januari. Hasil tesnya menunjukkan ada bintik bayangan di parunya. Ia juga dicurigai terinfeksi corona.
Pada hari yang sama, nenek saya juga demam. Sementara itu saat saya dites hasilnya saya positif terinfeksi corona. Rumah sakti memberikan saya obat anti-HIV selama lima hari, sedangkan keluarga saya juga mulai minum obat resep. Karena kondisi saya membaik dan keterbatasan tempat di rumah sakit saya diperbolehkan pulang tapi harus mengisolasi diri.
Saya juga tidak diinfus lagi. Kakak saya juga positif terinfeksi. Nenek mengalami demam tapi empat hari kemudian pulih. Ia tidak pernah dites, demikian juga ibu saya, tapi mereka minum obat. Kakak saya pada akhirnya pulih dan kini sudah negative dari virus.
Pada tanggal 4 februari, CT scan menunjukkan perbaikan berarti pada paru saya dan batuknya pun sembuh. Saya dites lagi dan diberi obat resep. Keesokan harinya hasil tes menunjukkan saya negatif untuk virus, tetapi dokter mengatakan saya harus dites ulang tanggal 7 Februari. Saya melakukannya dan hasilnya negatif. Saya pun dinyatakan sembuh dari corona," tuturnya. (*)