Selain itu, keterlibatan timbal balik sebesar 82,2 persen dan paru-paru bagian bawah menjadi lebih dominan sebesar 54,5 persen, serta multifokal sebesar 54,5 persen.
Tim peneliti ini mengumpulkan 101 kasus pneumonia Covid-19 di empat lembaga di provinsi Hunan, China. Zhao dan Zhong membandingkan karakteristik klinis dan fitur pencitraan antara dua kelompok.
Di antaranya kelompok non-emergency atau penyakit ringan atau umum, dan emergency yakni penyakit parah atau fatal. Berdasarkan data itu, kelompok yang berusia 21-50 tahun, sebagian besar pasien (78,2 persen) mengalami demam sebagai gejala awal.
Hanya lima pasien yang menunjukkan penyakit yang terkait dengan wabah sejenis. Sementara pada pasien kelompok darurat yang lebih tua dari pasien pada kelompok non-emergency, tingkat penyakit yang mendasari, secara signifikan tidak jauh berbeda dari kedua kelompok itu.
Berdasarkan analisis itu, seolah menunjukkan, viral load atau kisaran jumlah partikel virus, dapat menjadi refleksi yang lebih baik dari tingkat keparahan dan tingkat pneumonia Covid-19.
Seperti dijelaskan Zhao dan Zhong, distorsi arsitektur, bronkiektasis traksi, dan efusi pleura, mungkin mencerminkan viral load dan virulensi atau tingkat patogenitas Covid-19.
"Secara statistik kedua kelompok ini berbeda, dan itu dapat membantu kami mengidentifikasi penyakit jenis darurat," jelas keduanya.
Para penulis artikel AJR ini juga mencatat, skor keterlibatan CT dapat membantu mengevaluasi tingkat keparahan dan tingkat pneumonia Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul CT Scan Pasien Covid-19 Ini Tunjukkan Keparahan akibat Virus Corona