Negara Ini Berbatasan Langsung dengan China, Tetapi Tak Ditemukan Korban Meninggal Karena Virus Corona, Bagaimana Cara Mereka Tangani Pandemi?

Jumat, 15 Mei 2020 | 19:00
KHAM/REUTERS

Seorang petugas medis Vietnam sedang menyemprotkan disinfektan ke kereta api, sebagai tindakan untuk membasmi wabah virus corona. Gambar diambil di Hanoi, Vietnam, 19 Maret 2020

GridStar.ID - Berbagai negara kini sedang melakukan berbagai langkah penanggulangan untuk mengatasi virus corona yang menyebar di berbagai wilayah.

Diketahui sampai saat ini jutaan umat manusia di berbagai belahan dunia terinfeksi virus ini dan ratusan ribu orang lainnya meninggal dunia.

Namun ada satu negara yang berbatasan dengan China yang dikabarkan nol korban meninggal dan kini mulai beraktivitas seperti biasa.

Baca Juga: Dicap Tukang Kontroversi, Jerinx SID Lagi-lagi Bikin Keributan hingga Sentil Artis-artis yang Galang Dana Donasi di Tengah Konfliknya dengan Ahmad Dhani yang Belum Usai

Negara tersebut adalah Vietnam.

Bagaimana negara tersebut bisa berhasil menangani virus corona?

Vietnam kembali mencatatkan sebuah pencapaian membanggakan yang bahkan tidak bisa dicapai oleh Amerika Serikat, Italia, Inggris dan sejumlah negara maju lainnya.

Baca Juga: Gembar-gembor Kritik Era Jokowi, Anies Baswedan Beberkan Hutang Pemerintah Pusat Sebesar Rp 2,5 Triliun di Tengah Pandemi Corona

Vietnam berhasil mengendalikan pandemi virus corona yang melanda seluruh dunia.

Tidak ada korban meninggal dunia akibat virus corona yang terjadi di Vietnam sampai sejauh ini.

Sementara itu, total kasus infeksi virus corona penyebab Covid-19 yang tercatat di laman Worldometer hingga hari Jumat (15/05) sebanyak 312 kasus dengan 260 pasien dinyatakan sembuh.

Baca Juga: Seorang Youtuber Kini Kembali Berulah, Kini Giliran Indira Kalistha yang Buat Kontroversi Terkait Covid-19: Corona? B Aja Gitu

Cukup mengejutkan Pencapaian ini cukup mengejutkan, mengingat negara ini berbatasan langsung dengan China, tempat virus corona penyebab Covid-19 diyakini berasal.

Selain itu, negara ini juga memiliki populasi cukup besar yakni 90 juta jiwa dengan pendapatan per kapita yang 22 kali lebih rendah dari Australia, dan jelas bahwa Vietnam tidak lebih kaya dari Singapura.

Namun, bila dibandingkan dengan Singapura yang mencatatkan total kasus sebanyak 26.098 kasus dan 21 kematian, maka Vietnam bisa lebih baik dalam penanganan pandemi ini.

Baca Juga: Berada di LA bersama Istri dan Anak, Pangeran Harry Dikabarkan Tak Punya Teman hingga Menganggur

"Australia benar-benar fokus pada Singapura tetapi Singapura adalah salah satu kegagalan terbesar di dunia saat ini," kata Mike Toole, spesialis penyakit menular dari Burnet Institute yang berbasis di Melbourne, dilansir dari ABC (13/05).

Apakah prestasi Vietnam bisa dipercaya?

Vietnam adalah negara satu partai yang otoriter, dan terkenal sangat ketat dalam berbagi informasi.

Tetapi sebagian besar ahli percaya bahwa pemerintah Vietnam menyampaikan data statistik virus corona dengan jujur.

Baca Juga: MUI Keluarkan Fatwa Salat Id Lebaran 2020 di Rumah dalam Kondisi Pandemi Corona, Minimal 4 Orang

Huong Le Thu, seorang analis di Australian Strategic Policy Institute, mengatakan bahwa laporan dari organisasi internasional, ahli epidemiologi asing dan bahkan duta besar Australia untuk Hanoi yang mengakui validitas data pemerintah Vietnam, membuatnya "tidak punya alasan" untuk meragukan angka-angka tersebut.

Kantor berita Reuters melaporkan tidak ada satu pun dari 13 rumah duka yang dihubungi di Hanoi yang mengalami peningkatan pemakaman selama pandemi.

"Saya tahu pernyataan saya ini terdengar tidak masuk akal, tetapi saya tidak melihat ada yang salah dari data tersebut," kata Sharon Kane, direktur divisi negara Vietnam di Plan International, sebuah LSM yang berfokus pada kesehatan masyarakat.

Baca Juga: Tak Bisa Andalkan Vaksin pada 2021, Tangan Kanan Jokowi Beberkan Kunci Jika Ingin Corona Berakhir Juli

Kane menyebut bahwa pemerintah Vietnam telah mengakui sejak awal bahwa negara mereka hanya memiliki sumber daya kesehatan terbatas, sehingga pemerintah mengambil langkah cepat untuk mencegah wabah ini menyebar luas.

"Ada pelaporan yang jujur oleh Pemerintah Vietnam sejak awal Januari tentang terbatasnya sumber daya kesehatan yang tersedia jika epidemi ini terjadi, sehingga Vietnam dengan cepat berusaha menjaga wabah tetap terkendali," kata Kane.

Sementara itu, Profesor Toole memuji langkah pemerintah Vietnam yang tidak menganggap remeh bahaya dari Covid-19.

Baca Juga: Wanita Tangguh! Nenek Berusia 113 Tahun Ini Jadi Saksi 2 Perang Dunia, hingga Pandemi Flu di Tahun 1918 dan Kini Ia Sembuh dari Virus Corona, Ini Kisahnya

"Mereka tidak berpura-pura tenang dan menganggap penyakit ini hanya seperti flu. Mereka menjelaskan gejala penyakit ini pada masyarakat, kemudian mereka memberi tahu orang-orang tempat mereka bisa mendapat pengujian virus," kata Profesor Toole.

Pengujian, pelacakan dan komunikasi publik yang baik

Kunci keberhasilan Vietnam adalah pengujian strategis, penelusuran kontak yang agresif, dan kampanye komunikasi publik yang efektif.

Baca Juga: Jadi Mimpi Buruk bagi Rakyat Indonesia, Terungkap Alasan Jokowi Resmikan Kenaikan Iuran BPJS di Tengah Pandemi Corona, Kehabisan Duit?

Bagian terpenting adalah, Vietnam melakukan hal-hal ini dengan cepat.

"Sejak awal, mereka paham bahwa ini adalah sesuatu yang sangat serius, mereka sadar bahwa virus ini dapat menginfeksi semua orang," kata Dr Le Thu.

Melaporkan kasus pertamanya pada 22 Januari, Vietnam dengan cepat bergerak untuk membentuk gugus tugas yang dikenal sebagai Komite Pengarah Nasional tentang Pencegahan dan Kontrol Covid-19.

Baca Juga: Tanah Air Berjuang Perangi Wabah Virus Corona, Prabowo Subianto Mendadak dapat Telepon dari Menteri Pertahanan China, Begini Bocoran Pembicaraannya!

"Penilaian risiko pertama dilakukan pada awal Januari, segera setelah kasus-kasus di China mulai dilaporkan," kata perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Vietnam, Kidong Park.

Profesor Toole mengatakan bahwa Vietnam mungkin bertindak lebih cepat daripada negara mana pun di dunia di luar China.

Pada 1 Februari, maskapai penerbangan Vietnam Airlines mengumumkan penghentian semua penerbangan dari rute China, Hong Kong dan Taiwan.

Baca Juga: Salah Alamat! Begini Kronologi Seorang Pasien Corona Menghilang Selama 3 Hari dan Kabur ke Rumah Dukun, Kini Nasib Buruk Menghantui si Dukun

Perbatasan juga ditutup segera setelah pengumuman itu, serta penutupan semua penerbangan internasional yang menyusul pada 21 Maret.

"Ada banyak pelajaran dari epidemi SARS tahun 2003, dan Pemerintah secara bijak belajar dari pengalaman ini dan bertindak secara bertanggung jawab," kata Kane.

Mereka yang kembali ke Vietnam diharuskan untuk menjalani karantina selama 14 hari di fasilitas yang didanai dan dioperasikan oleh Pemerintah. Vietnam telah mengisolasi semua orang yang bahkan dicurigai terinfeksi. Puluhan ribu orang telah dikarantina.

Baca Juga: Kabar Buruk tentang Virus Corona Diungkap WHO! Meski Vaksin Ditemukan, Covid-19 Mungkin Tak Bisa Hilang dari Bumi Ini Penjelasannya

Pada awal Maret, para ilmuwan Vietnam telah mengembangkan beberapa alat uji berbiaya rendah.

"Pada saat itu, AS bahkan tidak memiliki tes yang efektif, sementara pada saat yang sama Vietnam memiliki tiga," kata Profesor Toole.

Perbanyak laboratorium Jumlah laboratorium yang dapat menguji Covid-19 di Vietnam juga terus bertambah, dari hanya tiga laboratorium pada Januari menjadi 112 pada April.

Baca Juga: Bikin Geger! Dinyatakan Positif Corona, Seorang Ibu Malah Menghilang Saat Dijemput di Rumahnya, Hingga Ditemukan Berobat ke Dukun, 10 Pasien dan Dukun Langsung Jadi ODP

"Vietnam telah memilih strategi 'berbiaya rendah' untuk melakukan pengujian pada mereka yang diisolasi daripada melakukan pengujian skala besar yang mahal," kata Ton Sinh Thanh, mantan duta besar Vietnam untuk India.

"Banyak tes dilakukan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terpapar, seperti yang ada di pasar di Hanoi," ujar Thanh.

Pada akhir April, Vietnam telah melakukan lebih dari 260.000 tes atau sebesar 2.691 tes per satu juta populasi.

Baca Juga: Seorang Youtuber Kini Kembali Berulah, Kini Giliran Indira Kalistha yang Buat Kontroversi Terkait Covid-19: Corona? B Aja Gitu

Propaganda cinta negara

Sementara itu mesin propaganda Vietnam dimobilisasi untuk mendorong perilaku bersih dan sehat seperti mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer.

Pemerintah mewajibkan penggunaan masker di ruang publik pada 16 Maret, dan menjatuhkan hukuman keras bagi mereka yang tidak mematuhinya.

Baca Juga: Bak Angin Segar di Tengah Wabah Virus Corona, Perusahaan AS Sudah Uji Vaksin Covid-19 ke Manusia Mulai 18 hingga 85 Tahun: Ini Capaian Luar Biasa

"Sudah menjadi masalah patriotisme untuk mencuci tangan dan tetap di rumah - sebuah pesan yang telah berhasil dikomunikasikan melalui berbagai bentuk seni populer dan propaganda tentang Covid-19," kata Dr Le Thu.

Slogan-slogan bernada nasionalisme seperti "tinggal di rumah adalah mencintai negara Anda", "menjaga jarak sosial adalah bentuk patriotisme", dan "virus adalah musuh Anda" cukup banyak digunakan di Vietnam.

"Pemerintah sangat kreatif. Setiap hari, berbagai bagian Pemerintah akan berbagi informasi kepada warga," kata Toole.

Baca Juga: Suami Tak Hitung-hitungan Beri Bantuan untuk Tangani Pandemi Virus Corona, Sandra Dewi Mengaku Khawatir dengan Keuangannya, Jawaban Harvey Moeis Bikin Adem

Vietnam kembali berbisnis

Dengan tidak ada kasus lokal yang dilaporkan dalam hampir sebulan, Vietnam telah membuka kembali bisnis dan tempat wisata.

Sekolah telah dibuka kembali, sembari mematuhi pada himbauan pembatasan jarak sosial, serta melakukan pengecekan suhu pada anak-anak dan memberi mereka hand sanitizer.

Kota Ho Chi Minh, kota metropolitan terbesar dan paling padat di Vietnam dengan penduduk sekitar 9 juta orang, membuka kembali jaringan busnya minggu ini.

Baca Juga: 10 Hari Jelang Lebaran, MUI Keluarkan Fatwa Mengenai Ibadah Salat Idul Fitri di Tengah Pandemi: Boleh Dilakukan di Luar Rumah, Tapi...

Vietnam Airlines mengatakan akan memulai kembali semua penerbangan domestik pada awal Juni.

Surat kabar yang terkait dengan pemerintah, Tuoi Tre melaporkan bahwa setelah pemerintah Kota Ho Chi Minh mencabut penutupan pada tempat-tempat hiburan seperti pub, bioskop, dan sauna pada hari Jumat, distrik backpacker kota itu kembali ramai.

Baca Juga: Kena Getahnya! Nge-prank Petugas Medis dengan Kejang-kejang dan Mengaku Positif Corona, Gadis Belia Ditangkap, Hukuman Penjara Menanti

Pariwisata

Tempat-tempat wisata, termasuk makam untuk mendiang presiden Ho Chi Minh di Hanoi, juga telah dibuka kembali.

Pariwisata adalah bagian penting dari ekonomi Vietnam, yang secara langsung mempekerjakan 750.000 orang dan menyumbang hampir 8 persen dari PDB pada tahun 2017.

Ekonomi Vietnam telah menerima pukulan serius dari pandemi virus corona, mencatat tingkat pertumbuhan 3,8 persen pada dekade pertama di kuartal pertama 2020.

Baca Juga: Tak Sungkan Cium Pipi Mantan Istri Meski Sudah Gandeng Pasangan Baru, Gisel Akui Gading Marten Jadi Lebih Sering Habiskan Waktu di Rumahnya Selama Pandemi Corona, Bakal Kembali Bersama?

Dengan pembatalan penerbangan dan larangan bepergian mungkin akan tetap berlaku di masa mendatang, pihak berwenang Vietnam kini berupaya mengimbangi konsekuensi ekonomi jangka panjang dari virus corona.

Pemerintah minggu ini mengumumkan kampanye yang disebut "orang-orang Vietnam melakukan perjalanan ke Vietnam", yang bertujuan mempromosikan pariwisata domestik ketika negara itu keluar dari lockdown.

Sementara Vietnam terus memulangkan warga negaranya, ancaman virus corona yang dibawa dari luar negeri tetap ada. Pihak berwenang baru-baru ini mengkonfirmasi 20 kasus yang berasal dari luar negeri.

Baca Juga: China Lagi-Lagi Kecolongan, Kota Ini Terpaksa Kembali Lakukan Lockdown Khawatir Lihat Tanda-Tanda Kluster Baru Virus Corona

"Sekarang, risiko Covid-19 berada di tingkat rendah, dan itu hal yang baik, tapi kita harus tetap waspada," kata Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc pekan lalu. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulNol Korban Meninggal, Bagaimana Vietnam Berhasil Menangani Pandemi Corona?

Editor : Hinggar

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya