Ia menilai, ada sejumlah faktor yang menurut Yusri menjadi penyebab orang tidak lulus dalam ujian praktik. Salah satu yang paling sering terjadi adalah karena rasa cemas atau grogi.
Untuk menghindari hal itu, pihaknya memberikan kesempatan kepada mereka yang memang dinyatakan belum lulus uji untuk mencoba di pusat latihan yang sudah disediakan di Indonesia Safety Driving Centre (ISDC), Serpong Utara, Tangerang Selatan, dan juga Satpas Daan Mogot setiap hari Sabtu.
"Ya kalau kita berikan sampai dia lulus, misal dia baru lulus (setelah) 10 kali percobaan, kan nantinya yang di belakang akan marah-marah dong, karena antrean akan panjang. Kan bisa aja dia sedang grogi pada saat ujian," ujar Yusri.
Sementara itu, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, fasilitas yang disediakan oleh pihak terkait untuk memberikan edukasi dalam pembuatan SIM, sudah tepat.
"Menurut saya itu sudah bagus, selama itu buat proses belajar. Hanya saja, saya tidak setuju terhadap oknum-oknum yang mempermudah (proses kelulusan)," ucap Sony.
Sony juga mengomentari banyaknya masyarakat yang menggunakan biro jasa yang dapat membantu proses pembuatan SIM.
Padahal, memiliki SIM tidak hanya untuk mendapatkan sertifikat dalam bentuk fisik saja.
Pemahaman berkendara yang aman dan nyaman juga harus disadari oleh semua pihak.
Untuk meminimalisir terjadinya pengulangan atau kegagalan dalam pengajuan pembuatan SIM, Sony menyarankan agar kepolisian bisa memberikan beberapa kisi-kisi yang nantinya bisa dipelajari oleh pemohon pembuatan SIM.
"Bagikan handout minimal 1 minggu sebelumnya bagi pemohon SIM untuk mereka belajar dahulu dan tes pakai motor sendiri sesuai dengan klasifikasinya," sebutnya.
(*)