Subvarian ini dikhawatirkan atas penularannya yang cepat, serta lebih menghindari kekebalan dari vaksin dan infeksi sebelumnya.
Akan tetapi, belum ada bukti bahwa subvarian BA.2.7.5 menyebabkan penyakit yang lebih serius dibandingkan varian Omicron asli yang berkembang.
Sejauh ini masih belum banyak yang diketahui tentang BA.2.75, namun kemungkinan subvarian ini lebih mudah menghindari pertahanan yang dibangun terhadap SARS-CoV-2.
Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan menyampaikan, subvarian ini tampaknya memiliki beberapa mutasi di dominan pengikatan reseptor dari protein lonjakan.
Meski begitu, masih terlalu dini untuk mengetahui seberapa baik strain dapat menghindari kekebalan atau tingkat keparahannya.
Lebih lanjut, Direktur Institut Kesehatan Global di Universitas Jenewa Antoine Flahault menjelaskan, penyebaran BA.2.75 di India mengindikasikannya bisa lebih menular dibandingkan subvarian Omicron BA.5, yang mendorong gelombang baru di Eropa dan AS.
“Tampaknya menjadi strain dominan di India, dan apakah itu akan menjadi strain dominan di seluruh dunia,” papar Flahault.
Awal bulan ini, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa mendaftarkan BA.2.75 sebagai varian dalam pemantauan.
Secara terpisah, seorang ahli penyakit menular dari University of East Anglia Profesor Paul Hunter menyampaikan, gelombang BA.275 kemungkinan bisa menjadi yang paling tidak mematikan.
Analisis awal menunjukkan subvarian BA.2.75 lebih mudah menular dibandingkan BA.2 dan BA.5, tapi belum ada bukti menunjukkan subvarian BA.2.75 lebih mungkin menyebabkan penyakit serius.
Gejala BA.2.75 atau Centaurus