GridStar.id - Kisah memilukan tak hanya dirasakan oleh keluarga korban Sriwijaya Air SJ 182.
Sejak pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di Pulau Laki, Kepulauan Seribu pada 9 Januari lalu.
Pencarian tim SAR gabungan dari Basarnas, Polri, dan relawan menyelam pun memakan waktu sampai 13 hari.
Kisah demi kisah memilukan pun sering terkuak selama proses evakuasi.
Kisah memilukan ini juga dialami oleh Budi Cahyono, yang ikut jadi relawan penyelam Sriwijaya Air SJ 182 merasakan pengalaman sama.
Pria yang sudah 30 tahun malang melintang ikut beragam misi kemanusiaan itu mengaku pencarian kali ini lumayan sulit.
“Saya pernah ikut bantu Lion Air juga, tapi menurut saya ini lumayan sulit. Saya merasa pesawat itu sudah hancur lebur ya,” jelas Budi.
Selama menyelam Budi kesulitan menemukan korban dan puing-puing pesawat.
Sejauh ini hanya menemukan pecahan pesawat saja, belum jasad penumpang.
“Sekali nyelam saya bisa bawa 5-10 potongan kecil pesawat. Tapi saya belum menemukan jasad,” jelas Budi.
Budi mengaku tidak sanggup membayangi perasaan keluarga korban.
Sebab, usai menyelam, dia selalu ditanya keluarga korban.
Tapi dia tidak mampu untuk menjelaskan ke keluarga.
Namun Budi berharap pencarian penumpang dan sisa-sisa pesawat bisa berjalan lancar sampai akhir. (*)