Ahli mikrobiologi Universitas Johns Hopkins Sabra Klein menuturkan, sekitar 60 gen pada kromosom X terlibat dalam fungsi kekebalan.
Orang dengan dua kromosom X mendapatkan keuntungan dari beberapa gen tersebut.
Akiko Iwasaki, yang mempelajari pertahanan kekebalan terhadap virus di Universitas Yale, mempelajari bagaimana perbedaan jenis kelamin dapat berperan dalam infeksi virus corona.
"Kami melakukan pandangan holistik pada segala sesuatu yang dapat kami ukur secara imunologis," ujar Iwasaki.
Iwasaki menyebut sejumlah molekul dan sel yang membentuk benteng tubuh melawan patogen, seperti sitokin, kemokin, sel T, sel B, dan neutrofil.
Para ilmuwan menemukan, respons sel T pada pasien pria lebih lemah, di mana sel T tidak hanya mendeteksi sel yang terinfeksi dan membunuhnya, tapi juga membantu mengarahkan respons antibodi atau pengatur utama respons imun.
Baca Juga: Gejala Ringan Covid-19 Ini Kerap Disepelekan, Mulai dari Ruam di Kaki hingga Kesulitan Konsentrasi
Lebih lanjut, kekuatan sistem kekebalan berkurang seiring bertambahnya usia, tanpa memandang jenis kelamin, dengan hasil yang menunjukkan bahwa respons sel T pada pria berusia 30-an dan 40-an setara dengan wanita berusia 90-an.
Melansir nytimes, tim Iwasaki menganalisis respons kekebalan pada 17 pria dan 22 wanita yang dirawat di rumah sakit segera setelah mereka terinfeksi virus corona.
Para peneliti mengumpulkan darah, usapan nasofaring, air liur, urin, dan feses dari pasien setiap tiga sampai tujuh hari.