Meski begitu, obat tersebut pernah gagal dalam studi sebelumnya, saat melibatkan pasien virus corona dengan gejala parah.
Pada studi terbaru kali ini, Roche mengaku melakukannya di Amerika Serikat, Afrika Selatan, Kenya, Brazil, Meksiko, dan Peru.
Sekitar 85 persen dari 389 peserta merupakan orang-orang hispanik, berkulit hitam, asli Amerika, dan minoritas lainnya.
Kelompok-kelompok ini terdampak secara tidak proposional pandemi virus corona. Dari hasil studi tersebut, sekitar 12 persen dari orang-orang yang diberi obat akhirnya tetap membutuhkan mesin pernapasan serta ada yang meninggal dunia dalam 28 hari.
Sementara, pada pasien yang diberikan plasebo, persentasenya sebesar 19 persen. Hingga kini, belum jelas bagaimana hasil studi tersebut.
Pasalnya, obat lain yang bekerja dengan cara yang sama gagal dalam eksperimen ketat pada pasien Covid-19.
Baca Juga: Erick Thohir Beberkan soal Status Kehalalan Vaksin Covid-19: Saya Sampaikan ke Wapres Ini Prioritas!
Namun demikian, beberapa studi yang bersifat observasional dan tidak begitu ilmiah menunjukkan adanya manfaat dari penggunaan obat serupa.
Sebelumnya, perusahaan obat di AS, Eli Lilly and Co, juga melaporkan manfaat yang ditemukan dalam studi obat antiperadangan baricitinib ketika dikombinasikan dengan obat antivirus remdesivir.
Pada Rabu (16/9/2020), Eli Lilly menyatakan hasil sementara dari pengujian di tahap awal menunjukkan obat antibodi eksperimentalnya cukup menjanjikan, yaitu untuk membantu membersihkan virus.
Selain itu, juga kemungkinan untuk mengurangi kebutuhan rawat inap pada pasien sakit ringan hingga sedang. (*)