"Saat masuk belum tahu kalau itu pasien terkonfirmasi. Setelah tes swab, hasilnya positif. Mau kirim ke rumah sakit rujukan penuh, akhirnya dipindah ke ruang isolasi," ujar Shoddiq saat dihubungi, Selasa (25/8).
Warga Ciputat, Tangerang Selatan itu mengaku saat itu terkejut dan takut. Namun, dia sadar merawat pasien menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Beruntung setelah ada pengumuman pasien pertama di Indonesia, Shoddiq dan sejumlah tenaga medis lain sudah dilengkapi alat pelindung diri (APD).
"Sudah pakai alat pelindung diri lengkap, hazmat dan sebagainya. Hanya saja, saat itu perawat yang sudah menangani pasien itu harus mengurus juga di ruang isolasi, bukan perawat lain," kata Shoddiq.
Saat itulah, Shoddiq mengorbankan waktu untuk menangani pasien itu. Dia wajib menggunakan APD hingga berjam-jam, karena harus memeriksa kondisi pasien lebih dari tiga kali di ruang isolasi.
Sesak dan pengap harus ditahannya selama mengenakan APD.
"Paling tidak itu tujuh jam saya bisa gantian. Itu berlangsung selama dua hari saya merawat pasien, mulai ganti infus dan lainnya. Kalau makan ada satu keluarga pasien yang menunggu," ucapnya.
Setelah dua hari menjalani perawatan, pasien terkonfirmasi Covid-19 itu meninggal dunia. Kondisi pasien saat itu memiliki penyakit penyerta.
"Pasien itu memang memiliki penyakit lain atau penyerta sebelumnya," kata Shoddiq.