Saat bom meledak, Muraoka dan ibunya menghabiskan berhari-hari di rumpun bambu di pegunungan.
Muraoka tumbuh menjadi guru sekolah dasar dan berhubungan dengan banyak anak.Dalam pencarian identitas bocah itu, Muraoka diingatkan lagi tahun ini--ulang tahun ke-74 bom atom--bahwa tragedi seperti itu tidak boleh terulang lagi.
"Mungkin anak laki-laki itu menjalani kehidupan yang tenang, menyimpan kesedihan dan rasa sakit di dalam hatinya. Kita tidak boleh mengulangi tragedi anak itu," uajrnya.
Buku catatan yang merinci bagaimana dia menyelidiki identitas bocah itu telah disumbangkan ke Aula Peringatan Perdamaian Nasional Nagasaki untuk Korban Bom Atom, yang mengumpulkan dan melestarikan barang-barang seperti pengalaman tertulis dari hibakusha, atau korban bom atom.
Kesimpulan buku catatan itu berbunyi, "Siapapun anak laki-laki yang berdiri di krematorium itu, dia terus berbicara tentang betapa berharganya perdamaian dan malapetaka yang ditimbulkan oleh perang."
TV NHK juga sempat mencari tahu bocah misterius tersebut dan ditayangkan Jumat (7/8/2020) lalu.
Dari foto aslinya hitam putih berhasil dibuat menjadi berwarna.
Lalu bagian mata bocah misterius diselidiki dan dikomentari dokter ahli radiasi Jepang bahwa anak itu teradiasi tinggi dan berada sekitar 1,6 kilometer pula dari pusat ledakan, sama seperti Muraoka.
Dari foto yang berwarna itu pun terungkap adanya kabel yang melintang di depannya, yang semula dikira kabel listrik, ternyata setelah diselidiki ahli kabel, hal itu adalah kabel telepon.