"Hanya tiduran di kamar, tidak jadi dioperasi karena kondisi drop," ungkapnya.
Petugas Puskesmas Wonosamudro sekaligus perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Sujatmoko mengatakan, sebenarnya kasus ini sudah lama dan beberapa kali viral di media sosial.
"Pertama saya menemukan kasus Mbak Kinem itu sekitar tahun 2009. Itu Mbak Kinem dalam keadaan hamil. Dengan kondisi ini kami dan teman-teman berusaha support dan ada sedikit bantuan waktu berupa susu. Dari teman-teman donasi kumpulkan untuk beli sembako," terang dia.
Kemudian pada tahun 2019, ungkap Sujatmoko, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah turun secara langsung untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang dialami Kinem.
Karena saat itu yang menderita kanker mengandung anak ketiga. Bahkan, pihaknya sudah menyarankan agar Kinem melakukan sterilisasi mengingat kondisinya yang menderita kanker.
"Dari waktu itu Mbak Kinem hamil anak ketiga kayaknya, kami menyarankan untuk steril saja melihat kondisi Mbak Kinem seperti itu. Dia kita antar ke rumah sakit untuk bisa bersalin, tapi beliaunya menolak yang di Salatiga," ungkapnya.
"Kemudian viral lagi. Dari Dinas Provinsi minta kita sebenarnya susah dibantu apa saja dari kita gitu. Kita sudah memberikan jaminan anak untuk sekolah, KIP, KIS. Usaha dari desa juga membantu sehingga sudah dapat fasilitas dari BPJS juga," lanjut Sujatmoko.
Terkait sakitnya itu, terang Sujatmoko, Kinem sanggup untuk dioperasi. Pihaknya bahkan memberikan bantuan dengan mengantar Kinem ke rumah sakit daerah di Boyolali.
"Kami antarkan (mbak Kinem) di sana dicek seluruh kondisinya, baik di laboratorium, fisiknya dan di Boyolali tidak memungkinkan. Sehingga dirujuk ke rumah sakit di Solo," tandasnya.