"Jadi kalau ada yang kena, 80 persen peluangnya meninggal. Ini yang kita hadapi dan coba tangani bersama," ujar Guru Besar Madya Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor itu.
Bayu menceritakan, pada awal terdeteksinya flu burung di Indonesia, pemerintah mengambil langkah cepat dengan membentuk Komnas FBPI.
Pemerintah melalui Komnas FBPI langsung melakukan pemusnahan ayam yang menjadi unggas penyebab flu burung.
Langkah itu, kata Bayu, bukan tanpa risiko. Apalagi, ayam merupakan hewan ternak yang punya nilai ekonomi tinggi di Indonesia.
"Kita tahu ayam adalah ternak yang sangat penting. Jadi itu ada risiko yang besar karena harus dimusnahkan dan memiliki nilai ekonomi tinggi," ujarnya.
Bayu mengatakan bahwa ada tiga strategi penting yang saat itu diterapkan dalam menanggulangi flu burung, yakni penanganan penyakit, dampak sosial ekonomi, dan komunikasi publik.
Ketiga hal itu, kata dia, harus dijalankan dengan porsi yang sama besarnya.
Dari segi penanganan penyakit misalnya, saat itu Komnas FBPI melibatkan ahli-ahli terbaik dan bekerja sama dengan banyak ilmuwan yang berasal dari Eijkman Institutue, Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, hingga Universitas Indonesia.