Kelima kriteria itu yakni membawa universitas teknologi, harus punya teknologi transfer, juga punya credit value.
Selain itu, jika ingin berinvestasi maka China harus melakukan Business to business (B2B) untuk menghindari jebakan utang, dan harus menyerap ketenagakerjaan Indonesia sebanyak mungkin.
"Tapi dalam hal ini, kita tidak punya engineer yang cukup dalam bidang teknologi. Kita siapkan membuat Politeknik dengan Indonesia," ujarnya.
Bukan hanya dengan China, Luhut juga mengulas kedekatan pemerintah dengan investor Uni Emirat Arab.
Kedekatan itu tidak lepas dari pengaruh Presiden Joko Widodo yang menjalin keakraban dengan pemimpin dari negara tersebut.
"Dan sekarang dengan Pemerintahan Joko Widodo saya kira hubungan kita dengan tiga-tiganya ini saya bisa bilang sangat baik. Kita dengan Abu Dhabi masuk investasi ke kita 20 miliar dollar AS lebih, dan itu semua on going," ujarnya.
Hubungan-hubungan baik itulah yang kemudian perlu dijaga demi kedua belah pihak.
"Oleh karena itu, kita harus pelihara dengan soft power antara bagaimana hubungan kita dengan (negara kawasan) Timur Tengah, dengan Tiongkok (Cina), dengan Amerika," bebernya, dikutip dari Tribunnews.com.
Lebih lanjut Luhut mengatakan, kendati sedang melusu akibat pandemi Covid-19, namun kondisi ekonomi Indonesia masih jauh lebih baik secara mikro dan makro.