"Di sana, dokternya cukup teliti, (DAW) dilakukan pemeriksaan ketat sesuai prosedur kesehatan yang seharusnya dilakukan," ujar Joni.
Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil rapid test, DAW dinyatakan non-reaktif. Namun, hasil CT scan, paru-paru DAW menunjukkan gejala yang khas dengan penderita Covid-19, yakni terdapat bercak putih atau ground glass opacity.
"Nah, di CT-scan ada yang disebut dengan ground glass," ucap dia.
Setelah itu, lanjut Joni, DAW dirujuk ke RSUD dr Soetomo dan dilakukan skoring lanjutan terhadap pasien.
Ternyata, DAW juga mengalami gejala klinis seperti Covid-19, yakni suhu badan panas hingga sesak napas. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dokter RSUD dr Soetomo melakukan tes swab kepada DAW.
Menurut Joni, DAW sejatinya bakal menjalani operasi akibat kecelakaan yang dialaminya. Namun, itu urung dilakukan karena DAW meninggal dunia, bahkan sebelum hasil swab PCR-nya keluar.
Ia memastikan jenazah DAW dirawat dengan protokol pemulasaraan pasien Covid-19.
Hal itu dilakukan sesuai pedoman untuk mengantisipasi risiko penularan saat proses pemakaman. Namun, pihak keluarga dan ratusan ojol yang juga rekan DAW menolak.
Ratusan ojol dan keluarga tetap nekat agar DAW dapat dimakamkan sesuai prosedur normal. Joni memahami, banyak ratusan ojol yang memprotes rumah sakit.