GridStar.ID - Selama pandemi virus corona, tak sedikit negara yang kesulitan akibat ekonomi yang porak-poranda.
Namun, baru-baru ini ada angin segar soal mata uang rupiah yang kini menguat.
Bak angin segar, PSBB di sejumlah wilayah juga dilonggarkan dengan banyak aturan terkait covid-19 demi perlahan memulihkan ekonomi.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup pada level Rp 14.095 per dollar AS, naik sekitar 2,22 persen atau 320 poin dibanding penutupan perdagangan hari sebelumnya, yakni Rp 14.416 per dollar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah mengatakan, penguatan rupiah yang terbilang cukup signifikan sebenarnya ditopang oleh faktor global dan domestik.
Di pasar keuangan global, nilai tukar dollar AS semakin melemah dipicu oleh 3 hal. Mulai dari ekonomi dunia yang berangsur pulih hingga adanya demo massa di AS.
Pertama, optimisme terhadap pemulihan ekonomi dunia menguat sejalan dengan dibukanya kembali kegiatan ekonomi di berbagai negara.
"Kedua, suku bunga simpanan US Dollar saat ini sangat rendah mendekati nol persen, bahkan banyak imbal hasil obligasi negara di sejumlah negara maju sudan negatif. Ketiga, meluasnya demo di seluruh Amerika," kata Nanang kepada awak media, Rabu (3/6/2020).
Sementara dari sisi domestik, investor global mulai mencari kembali instrumen pasar dengan imbal hasil tinggi, karena imbal hasil dalam dollar AS dan sejumlah mata uang negara maju sudah sangat rendah.