GridStar.ID-Wabah virus corona seakan menjadi bencana yang dahsyat bagi seluruh dunia.
Bagaimana tidak, virus yang berasal dari China itu menyebar dan menginfeksi manusia tanpa ampun di seluruh dunia dalam hitungan hari.
Bahkan hingga kini, tak ada seorang pun yang tahu kapan wabah ini akan benar-benar menghilang dari muka bumi.
Lagi, seakan tak membiarkan manusia untuk berisitirahat sejenak, para ilmuwan menerbitkan temuan tentang jenis Virus Corona baru.
Seperti yang dilansir dari Tribun Medan, temuan tersebut ditulis oleh para ilmuwan di Laboratorium Nasional Los Alamos, Amerika Serikat.
Duke University dan University of Sheffield di Inggris juga berkontribusi dalam penelitian tersebut.
Dilansir LA Times, mereka telah menemukan jenis Virus Corona baru yang tampaknya lebih menular dari yang selama ini mewabah.
Mutasi Covid-19 yang dimaksud adalah D641G.
Menurut laporan, awalnya virus baru ini muncul di Eropa pada Februari 2020, sebelum dibawa ke East Coast, Amerika Serikat.
Kemudian, D6416 telah menjadi pandemi yang dominan.
Disebutkan, D641G mempengaruhi lonjakan pada bagian luar virus.
Itu memungkinkannya untuk menyusup ke sel-sel pernapasan.
Bette Korber, ahli biologi komputasi di Los Alamos yang memimpin penelitian, menerangkan ketika mutasi virus tersebut memasuki suatu populasi, mereka akan secara cepat mengambil alih epidemi lokal.
Alhasil, virus pun lebih mudah menular.
Bukan hanya jenis baru yang menyebar lebih cepat, D641G juga membuat orang rentan terinfeksi virus untuk kedua kalinya.
Penulis laporan mengatakan, mereka berbagi penelitian via online karena mereka merasakan kebutuhan mendesak akan peringatan dini tentang virus.
Mereka memastikan perawatan di seluruh dunia efektif dalam menumpas virus baru ini.
"Ini mengkhawatirkan, karena kita melihat bentuk virus yang bermutasi muncul dengan sangat cepat, dan selama bulan Maret menjadi bentuk pandemi yang dominan," kata Korber.
Penelitian yang dirilis di BioRviv pada Kamis (30/04) itu didasarkan pada analisis lebih dari 6.000 rangkaian Virus Corona dari seluruh dunia.
Dari sekuens tersebut, para ilmuwan mengidentidikasi 14 mutasi, meskipun D641G adalah fokus utama penelitian.
"Kabar ini sangat memukul, tapi tolong jangan berkecil hati karenanya," tulis Korber melalui akun Facebook-nya.
Meskipun begitu, studi baru ini tidak menunjukkan apakah D641G lebih mematikan atau tidak.
Tidak disebutkan pula apakah pengobatan pada pasien Virus Corona awal dengan mutasinya memiliki tingkat yang sama. (*)